oleh : Meisarah Marsa
Sejak
dimulainya masa penerjemahan (750-850 M), orang arab dan muslim berhasil
mengembangkan pemikiran dan penelitian mereka dalam bidang hokum, teologi,
filologi, dan bahasa namun, tidak cukup independen dalam hal kedokteran dan
filsafat. Karya-karya tersebut banyak dipengaruhi oleh kebijakan kuno Persia
dan klasik yunani yang kemudian menjadi dasar ilmu yang mendominasi pemikiran
Eropa abad pertengahan.
Kajian dalam bidang kedokteran
Hal
yang menjadi focus kedokteran paling awal diarahkan untuk menangani penyakit
mata, hal ini disebabkan oleh cuaca panas di Irak dan daerah islam lainnya.
Berdasarkan buku al-‘Asyr Maqalat fi al-‘Ayn (sepuluh risalah tentang mata)
yang merupakan karya Hunayn bin Ishaq yang diterbitkan dalam bahasa Inggris
tentang optimologi paling awal.
Dari
hadits nabi SAW mengenai pembagian pengetahuan dalam 2 kelompok yaitu, teologi
dan kedokteran maka banyak para dokter yang termotivasi untuk menguasai sekaligus ahli di bidang
metafisika, filosof, dan sufi. Dengan kemampuan tersebut ia memperoleh gelar
hakim.
Profesi
dokter pada masa itu juga menghasilkan banyak uang sperti halnya kisah Jibril
yang merupakan dokter pribadi khalifah Harun al-Rasyid yang mendapatkan 100ribu
dirham.
Beberapa
kemajuan dalam bidang kedokteran :
·
Mendirikan
apotek dan sekolah farmasi pertama
·
Menghasilkan
buku daftar obat-obatan. Seperti karya Jabir bin Hayyan (776 M)
·
Adanya
tes bagi para dokter. Sebagaimana yang diperintahkan oleh al-Muqtadir kepada
Sinan ibn Tsabit bin Qurrah (913 M) untuk memeriksa semua dokter praktik dan
member sertifikat kepada 860 dokter yang dinyatakan lulus tes karena
pelayanannya yang bagus. Oleh krenanya Sinan menjadi terkenal dengan upayanya
dalam meningkatkan standar kedokteran dan system administrasi rumah sakit
Baghdad yang merupakan bimaristan (rumah sakit islam pertama) yang
didirikan oleh khalifah Harun al-Rasyid pada awal abad ke-9.
·
Berdirinya
34 buah rumah sakit dengan sarana dan prasarana yang bagus pada masa itu.
Para pakar atau ahli kedokteran
adalah :
1.
Ali
al-Thabari
Nama : Ali ibn Sahl
Rabban al-Thabari (pertengahan abad 9)
Karya : Kitab al-Din,
Firdaws al-Hikmah
Riwayat : masuk islam pada
masa al-Mutawakkil dan menjadi dokter pribadi khlaifah
2.
Al-Razi
Nama : Abu Bakr
Muhammad ibn Zakariyya al-Razi (865-925 M)
Lahir : di Rayy,
dekat Teheran (ibukota Iran)
Riwayat : merupakan penulis yang paling produktif dan dokter muslim
Terbesar. Pernah menjabat sebagai kepala
dokter di rumah sakit
Baghdad. Penemu prinsip seton dalam operasi.
Karya : terdiri dari 113 buku tebal dan 28 buku tipis, 12
diantaranya
membahas tentang kimia. Al-Hawi (sebagai kary
utama), Kitab al-Asrar (menjadi sumber utama ilmu kimia), kitab al-Thibb
al-Manshuri, moograf yang paling terkenal adalah al-Judari wa al-hashbah
(tentang bisul dan cacar air). Karya-karya Al-Razi ini telah banyak member
kontribusi besar terhadap pemikiran orang Barat Latin.
3.
Ali
bin al-Abbas al-Majusi
Nama : Ali ibn
al-Abbas (w. 994 M)
Karya : kitab al-Maliki
(tentang makanan bergizi dan perawatan medis)
atau Kamil al-Shina’ah al-Thibbiyah (kamus tentang
pengetahuan dan praktik kedokteran).
Penemuan : konsep awal
tentang system pembuluh darah kapiler dan
pembuktian bahwa seorang bayi harus didorong
dengan
kontraksi otot rahim untuk dapat berhasil
dalam persalinan.
4.
Ibnu
Sina
Nama :
Abu ‘Ali al-Husayn Ibn Sina atau Avicenna (980-1037 M), juga dengan
al-syaikh al-rais.
Riwayat : putra Abdullah dari keluarga Ismail, lahir di dekat Bukhara
dan wafat di Hamadan. Ia mendapat hak istimewa untuk menggunakan pustaka milik
raja karena berhasil menyembuhkan raja Nuh bin Manshur, sultan Dinasti Samaniyah.
Karya : Al-Qifthi, kitab al-Syifa, al-Qanun fi al-Thibb yang
sekarang menjadi buku panduan utama ilmu kedokteran di barat pada abad 12-17.
Lebih kurang terdapat 200 karya Ibnu Sina mengenai filsafat, kedokteran,
geometri, astronomi, teologi, filologi, dan kesenian.
5.
Ali
bin Isa (Jesu Haly)
Riwayat : seorang ahli mata dari agama Kristen, hidup di Baghdad abad
ke-11.
Karya : Tadzkirah
al-Kahhalin mengenai penyakit mata.
Gambar Ibnu Sina dan Al-Razi menghiasi ruang besar Fakultas
Kedokteran di Universitas Paris. Ilmu kedokteran lebih dikuasai oleh al-Razi,
sedangkan filsafat lebih dikuasai Ibnu Sina.
Ahli kedokteran pada lapisan kedua
adalah :
6.
Ibnu
Jazlah
Riwayat : awalnya beragama
Kristen, wafat di Bangesla 1100 M.
Karya : Taqwim al-Abdan fi Tadbir al-Insan (tabel tubuh yang
terkait dengan pengaturan fisik manusia) yang kemudian diterjemahkan ke bahasa
Latin pada 1532 M.
7.
Ibnu
Buthlan
Riwayat : wafat di
Antiokia tahun 1063 M.
Karya : Taqwim
al-Shihhah.
8.
Ya’qub
bin Akhi Hizam
Riwayat : seorang ahli
kuda al-Mu’tadhid (892-902 M).
Karya : al-Furusiyah wa
Syitat al-Khayl mengenai perawatan kuda yang manuskripnya kini disimpan di
museum Inggris.
Perkembangan Filsafat Islam
Dalam
pandangan orang Arab, filsafat merupakan pengetahuan tentang kebenaran, sejauh
hal itu bisa dipahami oleh manusia. Nuansa filsafat berakar dari tradisi Yunani
yang disesuaikan dengan nilai-nilai Islam. seiring dengan berjalannya waktu,
orang Arab menerapkan kata falasifah atau hukama (filosof atau sufi) dan
mutakallimun atau ahl al-kalam yang perlahan berubah maknanya menjadi teologi.
Beberapa ahli filsafat dianataranya
:
1.
Al-Kindi
Nama : Abu Yusuf Ya’qub bin Ishaq
Riwayat : merupakan keturunan Arab, lahir di Kuffah 801 M, wafat
di Baghdad 873 M, mendapat gelar filosof bangsa Arab. Selain ahli filosof, ia
juga ahli perbintangan, kimia, ahli mata, dan music.
Karya : lebih kurang 361 karya, beberapa diantaranya yaitu, tentang
ilmu optic geometris dan fisiologis, De aspectibus (karyanya yang diterjemahkan
dalam bahasa Latin).
2.
Al-Farabi
Nama :
Muhammad ibn Muhammad ibn Tharkhan Abu Nashr al-Farabi (Alpharabius).
Riwayat : keturunan Turki, lahir di Transoxania, dididik oleh
seorang dokter Kristen di Baghdad dan menjadi seorang sufi. Wafat di Damaskus
tahun 950 M dalam usia 80 tahun.
Karya : Risalah Fushush al-Hikam (Risalah Mutiara Hikmah),
Risalah fi Ara Ahl al Madinah al-Fadhilah, Al-Siyasah al-Madaniyah yang
terilhami oleh karya Plato dan Aristoteles., dan Kitab al-Musiqi al-Kabir.
3.
Ibnu
Sina
4.
Munculnya
kelompok mazhab filsafat yang dikenal denagn Ihwan al-Shafa di Baghdad pada
bada ke-4 H sekitar 970 M. Dengan kumpulan risalah mereka, Rasa’il yang
berbentuk ensiklopedi mengenai matematika, astronomi, geografi, music, etika,
dan filsafat. beberapa tokoh yang tertarik dengan tulisan dan mazhab ini adalah
al-Ghazali, Rasyid al-Din Sinan bin Sulaiman, Abu al’Ala al Ma’arri.
Kajian Astronomi dan Matematika
Ilmu astronomi (perbintangan) mulai berkembang di Baghdad pada
tahun 771 M seiring dengan masuknya pengaruh buku India (Siddhanta) yang
diterjemahkan oleh Muhammad bin Ibrahim al-Fazari dan pengaruh buku Yunani yang
muncul setelahnya.
·
Observatorium
pertama
Pada awal abad
ke-9, al-Ma’mun membangun sebuah observatorium di dekat Bayt al-Hikmah, di
pintu masuk Syamsiyah, Baghdad dengan supervisor seorang yahudi yang masuk
islam, Sind bin Ali dan Yahya bin Abi Manshur.
·
Observatorium
kedua
Al-Ma’mun juga mendirikan
observatorium lainnya di bukit Kasiyun di luar Damaskus. Perangkat observasi
saat itu terdiri dari busur 900, astrolob (yang ditemukan oleh
Ibrahim al-Fazari yang meniru bentuk astrolob Yunani. Para ahli astronomi
pada masa al-Ma’mun melakukan perhitungan yang luar biasa mengenai luas
permukaan bumi yang diperkirakan panjang lingkar bumi 20.400 mil dengan
diameter 6500 mil. Para ahli tersebut diantaranya anak-anak Musa bin Syakir,
al-Khawarizmi, Maslamah al-Majriti. Karya-karya mereka menggantikan karya
Yunani dan India dan telah digunakan di China dan Barat.
·
Observatorium
ketiga
Observatorium
ini dioperasikan oleh anak-anak Musa bin Syakir di Baghdad.
·
Observatorium
keempat
Dibangun oleh
Syaraf al-Dawlah, Sultan Dinasti Buwaihi (982-989 M) dan kemudian menjadi
tempat kerja Ahmad al-Shaghani, Abu al-Wafa’, dan ‘Abd al-Rahman al-Shufi
dengan karyanya al-Kawakib al-Tsabitah (karya besar tentang astronomi).
·
Observatorium
Maraghah
Observatorium ini dipimpin oleh
Nashr al-Din al-Thusi, ahli filosof-astronom terakhir dinasti Abbasiyah, ia
mempersembahkan tabel astronomi al-Zij al Il-Khani untuk Hulagu Khan, penyerang
dari Mongol pada masa kehancuran Abbasiyah.
Ahli astronomi
lainnya yang juga terkenal adalah, Abu Al-‘Abbas Ahmad al-Farghani dengan karya
utamanya, al-Mudkhil ila ‘Ilm Hay’ah al-Aflak.
Di instana Buwaihi yaitu, Rukn al-Dawlah dan Abu Ja’far al-Khazin dari Khurasan.
Pada tahun
877-918 M, seorang ahli astronomi terbesar pada masa islam, Abu ‘Abdullah
Muhammad ibn Jabir al-Battani (Albategnius) melakukan observasi di Raqqah
mengenai perhitungan orbit bulan dan beberapa planet, kemungkinan gerhana
matahari cincin, menentukan sudut ekliptik bumi, dan perhitungan kemunculan
bulan baru. Dalam ilmu pengetahuan alam, salah seorang ahli yang terkenal adalah
Abu al-Rayhan Muhammad ibn Ahmad al-Biruni (973-1050 M), karyanya yaitu
al-Qanun al-Mas’udi fi al-Hay’ah wa al-Nujum dan al-Tafhim li Awa’il Shina’ah
al-Tanjim, dalam karyanya, al-Biruni mendiskusikan tentang perputaran bumi
dengan porosnya dan menghitung garis lintang dan bujur.
Salah seorang sultan
Dinasti Saljuk, Jalal al-Din Maliksyah juga merupakan penyokong dalam
kajian astronomi. Pada 467 H/ 1074-1075 M, ia membangun observatorium di Rayy
(Naisabur) dengan memanggil seorang tokoh yaitu Umar al-Khayyam, yang
kemudian berhasil membuahkan sebuah karya yaitu penemuan sebuah kalender yang dikenal dengan al-Tarikh al-Jalali.
Dalam bidang
astrologi, pendukung astronomi, Abu Masy’ar (w.886) merupakan ahlinya. Karyanya
diterjemahkan ke bahasa Latin yang kemudian memperkenalkan Eropa mengenai hokum
pasang surut laut yang berkaitan dengan timbul dan tenggelamnya bulan.
Beberapa ahli
matematika yang terkenal diantaranya adalah :
1.
Muhammad ibn Musa al-Khawarizmi (780-850 M)
Karya : Hisab
al-Jahr wa al-Muqalabah tentang
aritmatika dan aljabar, ia turut berperan dalam memperkenalkan angka-angka arab
(algoritma), menyusun tabel astronomi tertua. Karyanya kemudian ditrjemahkan ke
dalam bahasa Latin pada abad ke-12 oleh Gerard dan kemudian menjadi buku rujukan
matematika oleh barat hingga abad ke-16.
Para
ahli yang dipengaruhi oleh pemikiran khawarizmi : Umar al-Khayyam, Leonardo Fibonacci, Master Jacob, dan al-Jabar
al-Khayyam yang melebihi khawarizmi dalam hal solusi pembagian kuadrat tingkat
dua dengan geometrid an al-jabar.
2.
Abu
Bakar Muhammad al-Karaji (w.1019 M)
Karya : al-Kafi fi
al-Hisab (tuntunan aritmatika)
3.
Ahmad
al-Nasawi (w.1040 M)
Karya : al-Muqni fi
al-Hisab al-Hindi
Namun, al-Nasawi dan al-Karaji masih menggunakan huruf alphabet Yunani
maupun angka India dalam kajiannya. Sedangkan al-Kawarizmi telah menemukan
system angka dengan seiring masuknya aritmatika hindu dalam buku astronomi
Sindhind yang diterjemahkan oleh al-Fazari.