Partai Politik Islam: PKB dan PKS Menjelang Pemilu 2014
By Meisarah Marsa, S.Sos - April 04, 2016
Tulisan Lama yang Saya Terbitkan Kembali, sebagai apresiasi terhadap karya semester 2
Pasca
jatuhnya pemerintahan Orde Baru, terdapat perubahan yang cukup signifikan dalam
perkembangan partai politik. Perkembangan tersebut dapat dilihat dari
kemunculan partai politik yang menjamur. Mayoritas partai baru yang muncul itu
didirikan oleh para politisi yang sebelumnya aktif di PPP, Golkar, dan PDI.
Di saat yang sama politik aliran juga
menikmati runtuhnya rezim Orde Baru setelah mendapat tekanan politik pada masa
itu. Mereka lalu membentuk partai berbasis islam. Seiring dengan perkembangan
waktu, partai-partai islam tersebut mengalami perkembangan. Beberapa ada yang
masih aktif dan menjadi peserta pemilu seperti Partai Kebangkitan Bangsa (PKB)
dan Partai Keadilan Sejahtera (PKS).
PKB merupakan partai politik yang tergolong pluralist
Islamic parties, yaitu partai yang memperjuangkan nilai-nilai islam dalam
konteks negara bangsa indonesia yang plural[1]. Berdasarkan
sejarah, partai ini pernah mencalonkan Gusdur sebagai presiden pada pemilu tahun
1999. Pencalonan Gusdur tersebut berhasil merebut posisi presiden dengan
mengalahkan PDIP berkat terbangunnya koalisi dengan partai-partai lain. Pada
pemilu 2004, partai ini berhasil memenangkan sebanyak 52 kursi di DPR dengan
perolehan suara 10,57%. Namun pada
pemilu anggota DPR 2009, hanya berhasil memperoleh setengah suara dari
sebelumnya dengan kuota 27 kursi di DPR.
Berbeda dengan PKB, Partai Keadilan Sejahtera
(PKS) merupakan partai politik yang tergolong formalist islamic parties,
yaitu partai yang memperjuangkan nilai-nilai islam ke dalam perundangan dan
kebijakan negara[2].
Partai ini adalah gabungan dari Partai Keadilan (PK) yang lahir akibat UU
Pemilu No. 3 Tahun 1999 guna memenuhi syarat batas minimum keikutsertaan parpol
agar dapat mengikuti pemilu 2004.
Usaha penggabungan partai tersebut membuahkan
hasil. Karena pada pemilu 2004, PKS memperoleh suara yang cukup signifikan
dengan memenangkan 45 kursi di DPR. Hal ini dikarenakan pemilu 2004 sudah tidak
lagi dipilih oleh MPR, melainkan oleh rakyat secara langsung. Ditambah lagi
dengan adanya kekecewaan para pemilih terhadap para politisi sebelumnya,
sehingga PKS dijadikan sebagai pilihan alternatif. Dan pada pemilu 2009, jumlah
suara PKS mengalami peningkatan dari 7,9% pada pemilu sebelumnya menjadi 10%
dengan perolehan sebanyak 57 kursi.
Bagai tak lapuk oleh hujan dan tak lekang
oleh panas, kedua partai islam besar tersebut terus bertahan meski keduanya
dilanda berbagai keuntungan dan kerugian. Tak pelak kedua partai tersebut juga
mendapat respon positif maupun negatif dari masayarakat. Lalu bagaimana
pergulatan politik kedua partai islam tersebut menjelang pemilu 2014? Apakah
keduanya mampu menarik simpati masyarakat? Atau malah sebaliknya?
Semakin jauh melangkah mendekati 2014, PKB
maupun PKS telah melalui berbagai kesulitan, konflik, ataupun keberuntungan
disela-sela kerugian yang mereka alami. Semakin hari, seluruh masyarakat yang
akan menjadi pemilih pun semakin selektif dengan pandangan yang berbeda melalui
informasi yang mereka dapatkan dari media. Tentunya, usaha kedua partai sangat
bergantung dengan hasil suara yang diperoleh nantinya. Untuk itu, keduanya
perlu menampakkan kelebihan mereka di mata publik.
Seiring dengan perjalanan menuju pemilu,
partai-partai tersebut dihadapkan oleh berbagai problem maupun aspek
yang sewaktu-waktu dapat melemahkan bahkan mengancam kedudukan partai. Hal
tersebut dapat dilihat dari konflik internal yang terjadi dalam tubuh PKB pada
tahun sebelumnya. Konflik tersebut bisa jadi mempengaruhi pandangan publik terhadap
partai ini.
Pecahnya PKB menjadi dua kubu, yaitu kubu PKB
Ancol pimpinan Muhaimin dan PKB pimpinan Gus Dur mengundang respon dari
berbagai pihak. Menurut Ikhsan Abdullah dalam artikelnya ‘Yenny vs Muhaimin,
PKB dan Harapan Rakyat’ menyatakan bahwa perpecahan ini tidak lepas dari
pengaruh intervensi luar dengan masuknya salah satu kader Golkar bernama Sigid
yang berakhir dengan pemecatan Muhaimin dari Ketua Umum Dewan Tanfidz PKB[3].
Kedua kubu tersebut lalu menyerahkan
kepengurusan baru hasil muktamar ke Departemen Hukum dan HAM pada 2-4 Mei 2008.
Namun, hasil muktamar tersebut ditolak oleh Mahkamah Agung dikarenakan keduanya
belum juga melakukan islah. Atas penolakan tersebut, pihak PKB Gusdur
akhirnya mencabut gugatan terhadap Muhaimin[4]. Hal
tersebut juga dilakukan untuk mengakhiri konflik yang terjadi demi menjaga
keutuhan PKB.
Meski telah dilakukan pencabutan gugatan
terhadap Muhaimin, namun perpecahan yang terjadi belum juga mencapai titik
temu. Sehingga, pemerintah terpaksa melakukan intervensi untuk memutuskan
kepengurusan yang sah. Berdasarkan intervensi tersebut banyak pihak yang
cenderung pada PKB Muhaimin. Besarnya pihak yang mendukung PKB Muhaimin dipicu
oleh mereka yang kecewa terhadap PKB Gusdur.
Terpilihnya Muhaimin sebagai Ketua Umum PKB
juga membawa konflik baru lainnya. Dari pihak PKB Gusdur maupun para ulama yang
awalnya mendukung PKB sekaligus simpatisan Gusdur merasa dirugikan atas hal
ini. Mereka meanggap bahwa PKB Muhaimin telah melenceng dari prinsip awal PKB.
Sehingga, mereka yang kecewa memisahkan diri dari PKB dan kemudian mendirikan
partai baru. Seperti halnya, Partai Kebangkitan Nasional Ulama (PKNU) yang
didirikan oleh mereka yang mulanya aktif di PKB.
Namun menjelang pemilu 2014, PKNU gagal lolos
verifikasi. Kegagalan PKNU tersebut dimanfaatkan oleh PKB dengan merangkul PKNU
kembali[5]. Dalam
kampanyenya nanti, PKB akan mengutarakan visi kerakyatan yang salah satunya
berisikan perangkulan kembali Nahdlatul Ulama (NU). Dengan alasan inilah,
sebagian dari anggota PKNU akhirnya kembali lagi ke PKB. Beberapa diantaranya
yaitu, pendiri PKNU KH. Ma'ruf Amin, Wakil Ketua Dewan Syura PKNU KH Muchosis
Nur, Ketua PKNU Banyumas Gus Lutfi, Pengasuh Ponpes Futuhiyah Mranggen KH Hanif
Muslich[6].
Konflik kedua kubu ini diperparah dengan penurunan
jumlah suara yang diperoleh PKB pimpinan Muhaimin pada pemilu 2009. Total suara
yang diperoleh hanya 4,8% setara dengan kuota 27 kursi. Ditambah lagi dengan adanya
kasus pengaliran dana dugaan suap alih fungsi hutan mangrove terhadap anggota
DPR fraksi PKB, Yusuf Emir Faishal. Hal ini dinilai sebagai kegagalan oleh
pihak PKB Gusdur yang saat itu dipimpin oleh anaknya, Yenny Wahid. Yenny
mencurigai adanya aliran dana suap dari Faishal ke Muhaimin[7]. Dengan
ketidakpuasan tersebut, Yenny akhirnya mendirikan partai baru yakni Partai
Kedaulatan Bangsa Indonesia Baru (PKBIB)[8].
PKBIB didirikan untuk menyelamatkan suara
konstituen pendukung Gus Dur[9]. Sayangnya,
Partai Kedaulatan Bangsa Indonesia Baru (PKBIB) yang didirikan oleh Yenny Wahid
ini tidak lolos verifikasi sebagai salah satu partai politik peserta pemilu
2014. Dikarenakan tidak lulus verifikasi, Yenny akhirnya pindah ke Partai
Demokrat. Pindahnya Yenny ke demokrat tidak menjadi ancaman bagi Muhaimin. Ia
menganggap bahwa hal tersebut tidak akan mempengaruhi dukungan terhadap PKB
yang sudah lebih dahulu berdiri.
Meskipun Yenny pindah ke Demokrat, namun pada
akhirnya Yenny membatalkan kepindahannya itu. Alasan yang dikemukakan Yenny
salah satunya yaitu sudah banyak kader PKBIB yang sudah memproses pencalonan
legislatif di partai peserta pemilu lain. Yenny sendiri juga membantah isu yang
beredar tentang dirinya yang pindah ke Demokrat untuk mengejar posisi jabatan. Pembatalan
tersebut dilakukan Yenny setelah berkonsultasi dengan para tokoh Nahdlatul
Ulama (NU).
Tidak hanya kasus di atas, kasus lainnya yang
juga menggoncang PKB yaitu berakhirnya kiprah Effendy Choirie dan Lily
Chodidjah Wahid sebagai anggota DPR dari fraksi PKB pada 20 Maret lalu[10]. Keduanya
dikenakan Penggantian Antarwaktu (PAW) dan pemberlakuan recall berdasarkan
tuntutan PKB. Hal tersebut dilakukan karena keduanya dianggap telah menyerang
PKB secara terbuka dan selalu berbeda dengan kebijakan dan sikap partai.
Konflik tersebut berakhir dengan keluarnya
Effendy Choirie dan Lily Chodidjah Wahid dari PKB. Keduanya kemudian bergabung
dengan partai yang lain. Effendy Choirie merapat ke NasDem sedangkan Lily
Chodidjah Wahid ke Hanura.
Berbagai pihak sangat menyayangkan kasus ini.
Karena dengan kosongnya peran pemimpin yang integratif menyebabkan timbulnya
perpecahan dalam PKB sehingga memicu munculnya berbagai macam konflik. Dapat
dikatakan bahwa problem yang dialami PKB merupakan kelanjutan dari perpecahan
yang terjadi dalam tubuh PKB. Hal ini juga dipengaruhi oleh faktor peran pemimpin yang dapat menimbulkan
perebutan jabatan kepemimpinan di kalangan partai sendiri.
Tidak hanya PKB, PKS pun juga mengalami
konflik yang cukup berat. Pada 2012 lalu, status PKS sebagai koalisi partai
pendukung pemerintah sempat memanas. Hal ini disebabkan karena PKS menolak
mendukung kebijakan pemerintah mengenai kenaikan harga bahan bakar minyak. Konflik
tersebut menimbulkan reaksi baik dari segi internal maupun eksternal.
Reaksi internal dapat dilihat setelah Wakil
Sekretaris Jenderal PKS, Fahri Hamzah menyatakan kesetujuannya untuk keluar
dari koalisi. Sebagian anggota PKS menyetujui keputusan tersebut, namun
sebagian lagi menolak dan tetap bertahan pada koalisi. Mereka yang menyetujui
wacana tersebut menilai bahwa kebijakan pemerintah tidak pro-rakyat dan hanya
mementingkan keputusan penguasa. Sedangkan mereka yang menolak keluar dari
koalisi merasa masih membutuhkan sumber daya kekuasaan jelang pemilu 2014[11]. Anggota
Majelis Syuro PKS, Tifatul Sembiring juga menegaskan bahwa keberadaan PKS masih
penting dalam koalisi, adapun keputusan keluarnya PKS dari koalisi hanya bisa
diputuskan setelah melalui Majelis Syuro PKS[12].
Jika PKS keluar dari koalisi, hal yang tidak
diinginkan bisa saja terjadi. Berdasarkan harian Kompas Sabtu, 7 April
2012, Ari Dwipana, pengamat politik dari Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Gadjah Mada (UGM) menyatakan bahwa meskipun dapat beresiko terhadap
kemunculan perlawanan partai di DPR, PKS tidak punya pilihan lain selain tiga
kemungkinan yang akan terjadi. Pertama, dikeluarkan dari koalisi dan ketiga
menterinya diganti dengan partai lain. Kedua, jatah ketiga menteri dikurangi
dan keberadaan partai tetap dalam koalisi. Dan ketiga, jumlah menteri tidak
dikurangi, namun suara partai tidak begitu dipertimbangkan dalam pengambilan
keputusan tertentu dalam sekretariat gabungan.
Sedangkan reaksi eksternal muncul dari partai
koalisi lain seperti Demokrat. Demokrat menganggap PKS telah berpaling dan
tidak lagi memihak kepada kebijakan pemerintah. Partai Demokrat sendiri pun
sudah bersikap dingin terhadap PKS dan menyerahkan urusan ini sepenuhnya kepada
Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) sebagai Ketua Umum Demokrat. Namun hingga
sekarang, SBY masih meminta PKS untuk tetap komitmen terhadap kontrak koalisi
yang telah dibangun dan belum mengeluarkan keputusan terkait dengan wacana
keluarnya PKS dari koalisi[13].
Beberapa pihak menilai bahwa keputusan PKS
untuk keluar dari koalisi sudah tidak relevan lagi. Hal ini dipicu dengan
hadirnya kasus korupsi yang tengah menimpa PKS. Sehingga, jika PKS ingin keluar
koalisi pada saat itu, maka hal ini justru akan memperburuk citra PKS. Selain
itu, PKS juga akan kehilangan sumber daya kekuasaannya seiring dengan
berakhirnya kiprah tiga kader PKS dalam kabinet. Dan secara tidak langsung,
upaya PKS untuk memperoleh suara pada pemilu selanjutnya akan lebih sulit. Hal
ini dikarenakan ketatnya persaingan dengan partai-partai lain yang koalisinya
lebih terbangun.
Tidak hanya masalah koalisi, baru-baru ini
PKS dilanda kasus korupsi. Kasus yang tengah menggeruguti salah satu petinggi
PKS ini telah mencoreng nama PKS di mata publik. Pasalnya, penangkapan KPK
terhadap Ahamad Fathanah bersama barang bukti berupa uang senilai Rp. 1 milyar
dari petinggi PT. Indoguna Utama-Perusahaan Impor Daging Sapi, Arya Abdi
Effendy dan Juard Effendy yang diduga diperuntukkan buat Luthfi Hasan Ishaaq
(LHI), mantan Ketua Umum PKS[14].
Setelah melakukan penyidikkan lebih lanjut, LHI akhirnya dinyatakan sebagai
tersangka kasus suap impor daging sapi dan pidana pencucian uang.
Selain itu, kehadiran Ahmad Fathanah menambah
kecurigaan KPK terhadap PKS. Hal ini dikarenakan adanya hubungan LHI dengan
Fathanah yang disangkut-pautkan dengan PKS terkait kebutuhan dana kampanye
2014. Padahal para politisi PKS mengaku tidak mengenal Fathanah.
KPK tidak tinggal diam. Hal tersebut dianggap
logis, sehingga KPK pun mencurigai aliran dana ke partai. Tak tanggung-tanggung
KPK mendatangi PKS untuk menyita sejumlah barang. Namun, KPK mengalami kendala
ketika hendak menyita enam mobil yang diduga milik LHI. Dikarenakan PKS tidak
mengizinkan hal tersebut dengan alasan pihak KPK tidak menyertakan surat
penyitaan. Pihak KPK juga meminta keterangan terhadap beberapa elit partai yang
dipanggil sebagai saksi atas kasus tersebut.
Sebagai partai yang berasaskan islam dan
dakwah, PKS seharusnya tegas dalam menegakkan keadilan. Jika ada kesalahan dari
pihak PKS sendiri maka yang bersalah wajib dihukum dengan ketentuan yang berlaku.
Jika memang PKS mencerminkan prinsip partainya yang jujur maka PKS harus tegas
dalam menangani kasus ini. Tidak ada pembelaan khusus bagi tersangka meski dari
PKS sendiri.
Berdasarkan konflik yang terjadi, berbagai
pihak mengkritik partai dakwah ini. Partai Keadilan (PK) misalnya. Para elit
Partai Keadilan yang merupakan cikal bakal PKS menilai bahwa PKS sudah tidak
seperti yang dulu. Dengan banyaknya konflik yang merugikan masyarakat, PK
meminta PKS dibubarkan. Sebagaimana yang disampaikan oleh ustadz Mashadi,
pendiri PK dalam diskusi “Parpol Islam : Solusi atau Masalah” yang
diselenggarakan oleh Forum Studi Islam (FSI) Universitas Indonesia (UI) Rabu,
15 Mei 2013.
Menurut peneliti Indonesia Corruption Watch
(ICW), Tama S Langkun yang disiarkan dalam Liputan 6.com, Sabtu 11 Mei
2013 bahwa PKS bisa saja masuk dalam kategori korupsi korporasi. Hal ini
berdasarkan UU No.8 Tahun 2010 tentang Tindak Pidana Pencucian Uang (TPPU). Bahkan
jika terbukti adanya aliran dana pencucian uang kasus impor daging sapi yang ke
partai, maka PKS terancam dibekukan, dikenakan denda, atau dicabut izinnya.
Reaksi dari pihak PKS sendiri menyatakan
tidak setuju dengan wacana tersebut. PKS menyangkal kasus TPPU yang melibatkan
partai. Anis Matta pun angkat bicara. Dalam detiknews.com Selasa, 21 Mei
2013, ia menilai bahwa kasus hukum yang menjerat mantan presiden PKS itu
merupakan kasus pribadi dan tidak ada hubungannya dengan partai. Sehingga,
wacana pembubaran PKS dirasa tidak tepat. Ia juga menyatakan bahwa PKS bebas dari
uang haram tersebut sebagaimana pernyataannya yang disiarkan dalam Headline
News Metro TV Jum’at, 24 Mei lalu.
Tidak hanya Anis Matta, komentar lain juga
diberikan oleh Fahri Hamzah. Berdasarkan Kompas.com, Sabtu 11 Mei 2013, Fahri
menuding bahwa partai Demokrat lebih layak dibekukan daripada partainya. Ia
menganggap bahwa kasus ini terlalu melebih-lebihkan dan disangkut-pautkan
dengan partai sehingga memperburuk citra partai. Dan juga merupakan sebuah
provokasi pihak luar yang ingin melemahkan PKS.
Pernyataan Fahri Hamzah tersebut dapat dihubungakan
melalui faktor media. Karena media juga berperan penting dalam perjalanan
partai menjelang pemilu. Kaitannya dengan politik dapat dilihat dari peran
media menjelang pemilu yakni memublikasikan berbagai isu termasuk
program yang ditawarkan calon atau partai untuk mempromosikan calon atau
partainya. Namun, media juga dapat mengkritik isu-isu tersebut. Sehingga, media
massa bisa menguntungkan atau merugikan calon dan partai tertentu tergantung
dengan pemilik modal yang pada umumnya merupakan para anggota partai. Dapat
dikatakan bahwa citra suatu calon atau partai pada penglihatan publik dapat
dikendalikan oleh media.
Iklan dari
para calon atau partai menjadi sebuah ajang pencitraan politik. Calon atau
partai yang memiliki modal yang kuat akan cenderung memasang iklan lebih
intensif di media massa. Sedangkan, calon atau partai yang tidak memiliki modal
akan mengalami kesulitan untuk mempromosikan dirinya melalui media. Kasus PKS
merupakan bukti nyata dalam hal ini. Adanya kasus PKS dinilai dapat menaikkan rating
media tersebut. Selain itu, para pemilik modal yang umumnya merupakan
anggota partai yang akan bersaing dengan PKS pada pemilu 2014 nanti juga
memanfaatkan situasi ini. Sehingga, tidak dapat dipungkiri jika selama beberapa
minggu ke depan isu PKS masih akan terus berlanjut di media.
Terkait permasalahan dana untuk kampanye, PKS
juga dituding telah menargetkan dana pemilu sebesar 2 triliun dari kementrian
yang dijabat oleh kader PKS[15]. Seorang
tersangka pembobol Bank Jabar Banten, Yudi Setiawan mengaku bahwa target untuk
dana pemilu dipasok 1 triliun dari Kementrian Pertanian, 500 miliyar dari
Kemensos dan Kemenkominfo. Hal tersebut
dibantah oleh pihak PKS. Sebagaimana disampaikan oleh Wakil Sekretaris Jenderal
(Wasekjen) PKS, Mahfudz Siddiq yang dilansir dari merdeka.com, Senin, 20
Mei 2013. Ia menyatakan bahwa hingga saat ini PKS belum menentukan jumlah dana
yang dibutuhkan untuk kampanye pemilu 2014 nanti. Dapat dikatakan bahwa besarnya
dana kampanye yang dibutuhkan belum ditargetkan oleh partai.
Berdasarkan Tribunnews.com Selasa, 21
Mei 2013, Anggota Majelis Syuro PKS, Refrizal juga melakukan bantahan. Ia
menilai bahwa dana kampanye yang dibutuhkan bisa lebih dari dua triliun dan
dana itu didapat dari program sumbangan penghasilan yang dilaksanakan oleh
partai. Dan hal itu diwajibkan bagi seluruh kader partai termasuk menteri di
kabinet, anggota DPR, dan kalangan professional. Besaran sumbangan tergantung
dengan jumlah penghasilan masing-masing kader. Disamping adanya keharusan
menyumbang bagi masing-masing kader juga terdapat sanksi bagi yang tidak mau
menyumbang. Sanksi tersebut bisa berupa istighfar, turun jabatan, bahkan
pemecatan.
Besaran sumbangan dikategorikan sebagai berikut[16] :
Jumlah Penghasilan
|
Sumbangan
|
< Rp. 3 juta
|
2,5%
|
Rp. 3-5 juta
|
3%
|
Rp. 5-10 juta
|
4%
|
Rp. 10-30 juta
|
5%
|
>Rp. 30 juta
|
7,5%
|
Sumbangan kader PKS ini merupakan langkah pembuktian nyata kepada KPK
bahwa PKS masih bisa mendanai kampanye tanpa harus mencari uang haram. Meski terdapat
berbagai tudingan, namun jika PKS dapat membuktikan kinerjanya tersebut mungkin
berbagai tudingan dan tanggapan buruk masyarakat bisa dipatahkan.
Adanya konflik yang mencoreng nama PKS sudah
tidak bisa lagi disembunyikan di depan publik. Mau tak mau, PKS harus mencari
cara untuk mengobati luka rakyat yang selama ini telah mendukung maupun
menganggap baik PKS. Untuk memperbaiki namanya, PKS perlu mencari solusi lain.
Jika tidak, mungkin PKS akan memperoleh penurunan jumlah suara pada pemilu
mendatang, sebagaimana yang diprediksikan oleh Lembaga Pemilih Indonesia (LPI)[17].
Tidak dapat dipungkiri, PKS menjadi salah satu pembicaraan terhangat
menjelang pemilu 2014. Di satu sisi, situasi yang tengah menimpa PKS merupakan
situasi yang merugikan namun menguntungkan di sisi lainnya. Konflik yang tengah
dihadapi partai islam tersebut dimanfaatkan oleh partai lainnya seperti PKB
untuk mengambil dukungan di mata publik. Ini merupakan kesempatan bagi PKB
untuk memperbaiki citranya. Jika PKB berhasil menarik simpati rakyat dan
memanfaatkan suara pendukung yang kecewa terhadap PKS, maka PKB diprediksikan akan
memperoleh peningkatan suara pada pemilu 2014 nanti.
Dikarenakan tingginya tingkat kompetisi menjelang pemilu 2014, PKB
mengadakan visi kerakyatan untuk menggaet massa dan simpatisan pada pemilu
nanti[18].
Sebagai partai yang berbasis NU maka visi kerakyatan yang diadakan PKB
bertemakan “Pemenangan pemilu untuk memperkuat
politik kebangsaan Nahdlatul Ulama” dan ditambah dengan lima tema
pendukung lainnya, yaitu :
·
Penguatan Demokrasi untuk Mempercepat Kemakmuran
Masyarakat Desa.
·
Kemenangan PKB untuk Memperkuat Perlindungan kepada
Petani dan Nelayan.
·
Kemenangan PKB untuk Mempercepat Pembangunan Daerah
Tertinggal.
·
Kebangkitan PKB untuk Menciptakan Buruh yang Sejahtera.
·
Kebangkitan PKB untuk Meningkatkan Keterlibatan Kaum
Perempuan pada Sektor Strategis.
Tema pendukung tersebut diadakan karena berbagai
pertimbangan. Salah satunya dikarenakan pendukung utama PKB adalah warga
pedesaan. Hal tersebut dapat dilihat dari sebagian besar dukungan yang
diperoleh PKB pada pemilu sebelumnya berasal dari warga pedesaan khususnya
warga Jawa Timur dan Jawa Tengah. Oleh karenanya, PKB optimis dan memprediksikan
kedua wilayah tersebut akan menjadi kotribusi terbesar PKB pada pemilu 2014
mendatang[19].
Tidak hanya PKB, kedua wilyah tersebut juga akan memberi
kontribusi besar terhadap Partai Persatuan Pembangunan (PPP) dan Partai
Kebangkitan Nasional Ulama (PKNU). Dikarenakan kedua wilayah merupakan basis NU
terbesar, ditambah lagi dengan hadirnya para kyai pimpinan pondok pesantren
paling berpengaruh di kedua wilayah tersebut yang juga pendukung PKNU. Oleh karenanya,
jika PKB mampu untuk merangkul kembali NU dan PKNU, maka PKB akan memperoleh
dukungan suara yang kuat dari kedua wilayah tersebut.
Terkait dengan persiapan dana kampanye, PKB
merencanakan tambahan dana dalam beberapa strategi[20].
Strategi pertama, PKB menggunakan jaringan warga Nahdliyin (NU). Meski berbasis
NU, tapi hanya sebagian besar warga NU yang mendukung PKB sedangkan sisanya
terbagi ke dalam partai politik lain[21]. Sehingga,
untuk merealisasikan rencananya tersebut PKB berencana membangun soliditas di
kalangan NU. Salah satu upaya PKB dalam hal ini yaitu dengan perangkulan
kembali Partai Kebangkitan Nasional Ulama (PKNU). Strategi kedua, PKB
menggunakan jaringan pesantren dan ulama. Sedangkan yang ketiga, PKB
menggunakan jaringan artis.
Selain untuk mendanai kampanye, PKB juga
memanfaatkan jaringan artis untuk menarik simpatisan. Dengan kepopularitasannya,
banyak masyarakat yang tertarik kepada PKB. Karena beberapa masyarakat
cenderung memilih artis yang mereka kagumi tanpa mempersoalkan kualitasnya
dalam politik.
Jaringan artis ini tidak hanya dimanfaatkan
oleh PKB tapi juga oleh partai lainnya dengan tujuan yang tak jauh berbeda
yakni menarik simpati masyarakat. Strategi tersebut dinilai kurang berkualitas
oleh sejumlah pihak. Walaupun partai-partai tersebut memperoleh dukungan yang
banyak, namun kualitas para kader menurun. Hal tersebut dapat dilihat dari
hadirnya Rhoma Irama yang menjadi andalan PKB sebagai calon presiden pada
pemilu 2014 nanti[22].
Strategi lainnya yang diandalkan PKB adalah
diadakannya pemutaran film “Sang Kyai”. PKB bahkan mewajibkan kadernya beserta
warga NU untuk menonton film ini. Meski baru disiarkan di bioskop, namun
pemutaran film telah dilakukan di beberapa tempat, salah satunya di Universitas
Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta 16 Mei lalu.
Film tersebut menceritakan tentang perjuangan
KH. Hasyim Asy’ari yang merupakan tokoh NU dalam menegakkan NKRI. Selain
membawa nama NU, film ini juga ditujukan khususnya untuk membangkitkan semangat
generasi muda. Hal ini sesuai dengan target PKB dalam mengincar pemilih pemula.
Lain
halnya dengan PKB, visi umum PKS adalah "Sebagai partai dakwah penegak keadilan dan
kesejahteraan dalam bingkai persatuan umat dan bangsa” dengan visi khususnya
“partai berpengaruh baik secara kekuatan politik, partisipasi, maupun opini
dalam mewujudkan masyarakat indonesia yang madani[23].
Berdasarkan UU No. 10 Tahun 2008 BAB III
Pasal 8 mengenai persyaratan yang harus dipenuhi oleh partai politik agar dapat
menikuti pemilu, maka kedua partai dinyatakan lolos dalam hal ini[24].
Sebagaimana hasil rapat pleno Komisi Pemilihan Umum (KPU) yang dilaksanakan
pada Senin, 7 Januari 2013.
Persyaratan tersebut antara lain :
·
Berstatus
badan hukum sesuai dengan UU tentang Partai Politik.
·
Memiliki
kepengurusan di 2/3 jumlah provinsi.
·
Memiliki
kepengurusan di 2/3 jumlah kabupaten/kota di provinsi yang bersangkutan.
·
Menyertakan
sekurang-kurangnya 30% keterwakilan perempuan pada kepengurusan partai politik
tingkat pusat.
·
Memiliki
anggota sekurang-kurangnya 1.000 orang atau 1/1.000 dari jumlah penduduk pada
setiap kepengurusan partai politik.
·
Mempunyai
kantor tetap untuk kepengurusan.
·
Mengajukan
nama dan tanda gambar partai politik kepada KPU.
Dan pada rapat pleno Komisi Pemilihan Umum
(KPU) ke-dua yang dilaksanakan pada Senin, 14 Januari lalu mengenai nomor urut
partai peserta pemilu 2014. PKB mendapat nomor urut 2 disusul PKS pada nomor
urut 3.
Meskipun akhirnya PKB mampu mencukupi
persyaratan tersebut, partai ini hampir
tidak lolos uji verifikasi. PKB sempat memprotes mengenai persyaratan
keterwakilan perempuan sekurang-kurangnya 30%. Berdasarkan analisis Forum
Masyarakat Peduli Parlemen Indonesia (FORMAPPI) menemukan
beberapa bakal caleg
yang terdaftar di lebih dari dua dapil ataupun di dua partai berbeda dengan
nama yang sama[25].
Berikut daftar nama
caleg ganda yang ditemukan oleh FORMAPPI berdasarkan pendaftaran Daftar Caleg
Sementara (DCS) oleh PKB :
1.
Nurhidayati dapil Sumsel 1 dan Sumsel 2
2.
Eka Susanti dapil Jateng 6, Sumut 3, dan Kalbar
3.
Hasniati SH, MH dapil Riau
2 dan Hasniati dapil Kalbar
4.
Luluk Hidayah dapil kaltim dan DKI Jakarta 3
5.
Euis Komala dapil Maluku dan Jabar 3
6.
Rien Zumaroh dapil Jateng 4 dan Jatim 5
7.
Marda Hastuti dapil Bengkulu dan Jabar 5
8.
Karina Astri Rahmawati dapil Jabar 9 dan
Karina Astri Rahmawati, S.Kom dapil NTB
9.
Devinta Dariastuti dapil Jateng 2 dan
Devinta Dariastuti dapil Sumbar 1
Bahkan
terdapat nama caleg ganda antar partai yaitu, Nurhayati : PKB, Nasdem, dan PPP
dapil Lampung 2, Aceh 1 dan Jabar 11. Beberapa pihak menduga hal tersebut
sebagai sebuah siasat dan kecurangan dari partai yang bersangkutan. Namun, PKB membantah tudingan
tersebut dan beralasan bahwa hal itu hanyalah kesalahan teknis dari partainya.
Dan PKB siap melakukan perbaikan mengenai hal itu.
Tudingan tersebut dapat terbantahkan karena pada
kenyataanya, untuk memenuhi persyaratan tersebut PKB mengundang aktifis dari
Fatayat, Muslimat, Ikatan Pelajar Putri NU (IPPNU), dan seluruh gerakan
perempuan NU lainnya[26]. Sehingga,
PKB tidak memiliki kekurangan stok caleg perempuan dan akhirnya mampu memenuhi
persyaratan tersebut.
Berbeda dengan PKB, PKS tidak mengalami kesulitan dalam
memenuhi persyaratan keterwakilan perempuan minimal 30 % tersebut. Selain itu,
PKS juga merupakan partai yang pertama
kali menyerahkan daftar DCS ke KPU. Total caleg yang diajukan
PKS adalah 492 orang yang terdiri dari 301 orang laki-laki atau 61,2% dan 191 orang
perempuan atau 38,8%[27]. Sehingga,
dapat dikatakan bahwa keterwakilan perempuan dalam DCS PKS hampir mendekati
40%. Ditambah lagi, sekitar 95% DCS tersebut merupakan kader internal. Dan
merupakan hasil dari penyaringan yang berasal dari unit pembinaan daerah.
Dari keseluruhan dapil, terdapat beberapa daerah yang
diprediksi akan menjadi basis suara partai yaitu, Jawa Barat, DKI Jakarta,
Sumatera Utara, Sumatera Barat, Maluku, Maluku Utara, Sulawesi Selatan, dan
Papua. Namun, dikarenakan terdapat beberapa caleg yang berasal dari non muslim
yang disertakan PKS di DCS khusunya di Sulawesi Utara memicu konfrontasi dari
beberapa pihak mengingat PKS merupakan partai politik yang tergolong pluralist
Islamic parties.
Dalam menargetkan jumlah kursi di DPR nanti,
PKB menargetkan 100 kursi sedangkan PKS menargetkan 120 kursi. Apakah kedua
partai tersebut mampu memperoleh peningkatan jumlah suara dan mencapai target
tersebut pada pemilu 2014 mendatang?
Dilihat dari masa sebelum hadirnya kasus
korupsi, mungkin masih ada harapan untuk PKS. Karena sebelumnya, ketika partai
lain disibukkan dengan berbagai konflik dan ternoda oleh perilaku koruptif
kader dan pengurus partai, PKS menjadi pilihan alternatif dan harapan besar
masyarakat. Ditambah lagi dengan adanya kebijakan PKS yang menolak kenaikan
harga BBM. Sehingga pada saat itu, citra PKS sangat baik di mata publik. Hal
tersebut juga dibuktikan dengan kemenangan yang diraih PKS dalam pemilihan
gubernur Jawa Barat dan Medan beberapa bulan yang lalu. Dengan kemenangan
tersebut, nama PKS semakin dikenal masyarakat. Selain itu, keberhasilan
tersebut juga membuktikan bahwa PKS masih mendapat simpati dan dukungan yang
luas dari masyarakat. Namun, apakah hal tersebut masih berlaku hingga sekarang?
LPI memprediksikan akan ada suara mengambang sebesar 29,9
persen yang bisa diperebutkan semua partai pada pemilu 2014 nanti[28]. Hal ini akan
membawa keuntungan bagi partai yang bisa menarik perhatian publik karena menjadi
pilihan alternatif bagi mereka yang dikecewakan dengan perilaku partai
sebelumnya. Apalagi mereka yang memiliki modal besar sehingga bisa memperbaiki
pencitraan politik partainya. Sehingga, partai tersebut berpeluang untuk
mendapat tambahan suara.
Lain halnya dengan partai yang tidak mendapat simpati publik.
Adanya suara yang mengambang justru menyebabkan kerugian bagi partai ini. Yang
dikarenakan berbagai kasus ditambah lagi dengan provokasi media sehingga memperburuk
citra partai di mata publik. Seperti halnya kasus korupsi yang dialami PKS. Sehingga, suara PKS diprediksikan akan terbagi pada
partai-partai lain.
Pada pemilu 2009 lalu, PKS memperoleh
peningkatan jumlah suara dari pemilu sebelumnya. Namun untuk pemilu 2014 nanti,
jangankan untuk memperoleh peningkatan jumlah suara, mungkin PKS akan mengalami
kesulitan dalam memperoleh jumlah suara yang sama seperti pemilu sebelumnya.
Selain akibat kasus internal PKS, para pendukung PKS dari non kader juga
menjadi faktor menurunnya jumlah suara yang akan diperoleh PKS nantinya.
Karena, para pendukung non kader akan sulit untuk mempercayai kembali PKS
sebagai pilihan mereka. Para pemilih non kader khususnya dari NU dan
Muhammadiyah yang dulunya memilih PKS sebagai pilihan alternatif dikarenakan
perpecahan internal NU dan Muhamadiyah juga akan berpaling dari PKS.
Suara partai PKS akan bergeser akibat
kekecewaan publik. Sehingga, suara partai akan lari ke partai lain, PKB
misalnya. NU, sebagai pemilih non kader yang pernah mendukung PKS akibat
perpecahan yang terjadi pada partai induknya (PKB), berpotensi akan berpaling
dari PKS dan kembali merujuk pada PKB. Ditambah lagi, jika PKB dapat memanfaatkan situasi dan
kekecewaan para pendukung PKS dan mampu merangkul kembali warga NU maka PKB
akan berpeluang untuk memperoleh peningkatan jumlah suara dari pemilu
sebelumnya. Sehingga, PKB berpotensi untuk merebut suara yang mengambang pada
pemilu 2014 nanti.
Jika dilihat dari segi wilayah pendukung,
Jawa Timur dan Jawa Tengah merupakan basis pendukung PKB terkuat. Namun, kedua
wilayah tersebut juga merupakan basis pendukung PKNU dan PPP. Ditambah lagi, sebagian
besar para pendukung PKNU merupakan pemilik pesantren di Jawa Timur. Sehingga,
PKB harus mampu bersaing dengan PKNU dan PPP pada pemilu mendatang. Namun, berdasarkan
hasil rapat pleno Komisi Pemilihan Umum (KPU) yang dilaksanakan pada Senin, 7
Januari 2013 lalu, PKNU termasuk salah satu partai yang gagal dalam uji
verifikasi[29]. Hal
tersebut berdampak pada kembalinya sebagian besar pengurus PKNU ke partai
induknya (PKB). Jika PKB bisa memanfaatkan situasi maka PKB berpeluang untuk
meraup dukungan di kedua wilayah tersebut.
Memang banyak yang
tidak menyukai PKS, namun tidak sedikit juga yang mendukung. Karena pada
kenyataannya, PKS menjadi bahan perbincangan publik yang menghasilkan rating yang cukup tinggi
dibandingkan dengan partai politik lainnya. Sehingga, PKS menjadi populer di
mata publik.
Pertanyaannya,
apakah kepopularitasan tersebut merupakan unsur kesengajaan atau tidak? Secara
logika tentunya hal tersebut mungkin saja merupakan sebuah unsur kesengajaan
yang dipicu dengan adanya kasus yang menimpa LHI dengan meneruskan kebijakannya
menolak kenaikan BBM, ditambah lagi dengan ancaman PKS untuk keluar koalisi. Jika
hal tersebut terus berlanjut, mau tak mau PKS akan menjadi partai yang
disepelekan hingga pemilu 2014 nanti. Kecuali jika PKS mengambil tindakan untuk
menyelesaikan kasus tersebut dan memperbaiki citranya di mata publik. Sehingga
jika dibandingkan dengan PKS, PKB diprediksikan akan memperoleh lebih banyak
jumlah suara pada pemilu 2014 nanti. Karena secara tidak langsung, masalah yang
pernah merundung PKB telah terlupakan dari pikiran publik yang kini digantikan
dengan masalah PKS yang masih hangat.
Daftar Pustaka
Buku :
Maridjan, Kacung. Sistem Politik
Indonesia . Jakarta: Kencana, 2010.
Rabi'ah, Rumidan. Lebih Dekat Dengan Pemilu di
Indonesia. Jakarta: Rajawali Cilik, 2009.
Rahmat, Imdadun. Ideologi Politik PKS.
Yogyakarta: LKiS, 2008.
Soon, Kang Young. Antara Tradisi dan Konflik :
Kepolitikan Nahdlatul Ulama. Jakarta: UI-Press, 2008.
UU Republik Indonesia No. 10 Tahun 2008 Tentang
Pemilu dan UU No. 2 Tahun 2008 Tentang Partai Politi. Jakarta, 2008.
Internet :
http://news.detik.com/read/2008/03/31/092808/915692/159/gara-gara-rekaman-kresek-kresek diakses pada 26 Mei 2013, pukul
18.33 WIB.
http://www.indosiar.com/fokus/kubu-gus-dur-cabut-gugatan-terhadap-muhaimin_74999.html diakses pada 26 Mei 2013, pukul
21.00 WIB.
http://www.tempo.co/read/news/2012/11/01/078439130/Muhaimin-Ajak-PKNU-Gabung-Lagi-ke-PKB diakses pada 8 Juni 2013, pukul
11.55 WIB.
http://news.liputan6.com/read/510849/deklarator-pknu-yazid-mahfudz-kembali-ke-pkb diakses pada 10 Juni 2013, pukul
20.25 WIB.
http://nasional.kompas.com/read/2008/07/19/03164441/jalan.panjang.konflik.pkb diakses pada 27 Mei 2013, pukul.
5.50 WIB.
http://www.pikiran-rakyat.com/node/143739 diakses pada 27 Mei 2013, pukul.
5.58 WIB.
http://nasional.kompas.com/read/2013/03/20/02283445/PKB.Ganti.Effendy.Choirie.dan.Lily.Wahid. diakses pada 27 Mei 2013, pukul.
6.50 WIB.
http://www.republika.co.id/berita/nasional/politik/13/05/23/mn8zbg-mau-keluar-koalisi-pks-cuma-gertak diakses pada 27 Mei 2013, pukul
8.20 WIB.
http://news.detik.com/read/2013/05/24/095745/2254720/10/internal-pks-benar-benar-terbelah-keluar-atau-bertahan-di-koalisi?9922022 diakses pada 27 Mei 2013, pukul
21.00 WIB.
http://nasional.kompas.com/read/2012/04/17/17255096/Jika.Tak.Keluar.PKS.Dianggap.Oportunis diakses pada 27 Mei 2013, pukul
21.10 WIB.
http://www.tempo.co/read/news/2013/05/20/063481641/Ketua-DPP-PKS-Jazuli-Juwaini-Diperiksa-KPK diakses pada 28 Mei 2013, pukul.
21.36 WIB.
http://www.tribunnews.com/2013/05/21/mentan-suswono-tudingan-pks-targetkan-dana-pemilu-rp-2-t-itu-ngaco diakses pada 29 Mei 2013, pukul.
20.35 WIB.
http://news.detik.com/read/2013/05/24/183943/2255443/10/kader-pks-wajib-setor-uang-ke-partai-kalau-tidak-setor-ada-sanksinya?nd771104bcj diakses pada 10 Juni 2013, pukul
21.14 WIB.
http://www.tempo.co/read/news/2013/05/15/078480590/PKS-Diprediksi-Bakal-Ditinggal-Pemilih-Non-Kader diakses pada 7 Juni 2013, pukul
21.22 WIB.
http://m.metrotvnews.com/read/news/2013/05/17/154545/PKB-Menuju-Pemilu-2014-dengan-Platform-dan-Visi-Kerakyatan diakses pada 7 Juni 2013, pukul
21.50 WIB.
http://www.merdeka.com/politik/cak-imin-klaim-seluruh-rakyat-jatim-pilih-pkb-di-2014.html diakses pada 8 Juni 2013, pukul
10.20 WIB.
http://www.tribunnews.com/2013/05/19/siasati-dana-kampanye-pkb-gunakan-jaringan-nahdliyin?keepThis=true&TB_iframe=true&height=450&width=950&caption=Tribunnews diakses pada 10 Juni 2013, pukul
22.00 WIB.
http://www.dpp.pkb.or.id/node/1640 diakses pada 8 Juni 2013, pukul
11.45 WIB.
http://pks2014.blogspot.com/2009/08/visi-visi-umum-sebagai-partai-dawah.html diakses pada 11 Juni 2013, pukul 21.20 WIB.
http://www.merdeka.com/politik/pkb-bantah-curangi-dcs-demi-penuhi-kuota-30-persen.html diakses pada 15 Juni 2013, pukul
7.02 WIB.
http://nasional.kompas.com/read/2013/04/07/17075015/twitter.com diakses pada 15 Juni 2013, pukul
7.11 WIB.
http://id.berita.yahoo.com/pks-tegaskan-penuhi-kuota-30-persen-perempuan-095143168.html diakses pada 15 juni 2013, pukul
7.30 WIB.
http://www.tempo.co/read/news/2013/05/15/078480590/PKS-Diprediksi-Bakal-Ditinggal-Pemilih-Non-Kader diakses pada 11 Juni 2013, pukul
22.30 WIB.
http://www.republika.co.id/berita/nasional/politik/13/01/14/mglv4d-ini-nomor-urut-parpol-peserta-pemilu-2014 diakses pada 14 Juni 2013, pukul
21.56 WIB.
http://nasional.kompas.com/read/2012/04/07/22142764/Kegaduhan.Koalisi.Tak.Bermanfaat.bagi.Rakyat diakses pada 15 Juni 2013, pukul
9. 13 WIB.
http://news.detik.com/read/2013/05/21/124846/2251697/10/ diakses pada 15 Juni 2013, pukul
9.21 WIB.
http://nasional.kompas.com/read/2013/05/11/21374343/twitter.com diakses pada 15 Juni 2013, pukul
9.30 WIB.
http://news.liputan6.com/read/583703/icw-pks-bisa-dibekukan-bila-dialiri-dana-pencucian-uang diakses pada 15 Juni 2013, pukul
9.33 WIB.
http://m.merdeka.com/politik/pemilu-2014-pks-bantah-targetkan-rp-2-t-dari-3-kementerian.html diakses pada 15 Juni 2013, pukul
9.39 WIB.
http://nasional.inilah.com/read/detail/1467612/demi-pendukung-gus-dur-pkbi-didirikan#.UbvWaef-GSo diakses pada 15 Juni 2013, pukul
9.51 WIB.
http://www.metrotvnews.com/metronews/read/2013/04/16/1/147084/Ini-Alasan-Yenny-Wahid-Batal-Masuk-ke-Demokrat diakses pada 15 juni 2013, pukul
10.06 WIB.
[1] Kacung,
Marijan, Sistem Politik Indonesia, Kencana, Jakarta, 2010. Hlm. 309-310.
[2] Ibid.
[3]http://news.detik.com/read/2008/03/31/092808/915692/159/gara-gara-rekaman-kresek-kresek diakses pada 26 Mei 2013, pukul 18.33 WIB.
[4] http://www.indosiar.com/fokus/kubu-gus-dur-cabut-gugatan-terhadap-muhaimin_74999.html diakses pada 26 Mei 2013, pukul 21.00 WIB.
[5] http://www.tempo.co/read/news/2012/11/01/078439130/Muhaimin-Ajak-PKNU-Gabung-Lagi-ke-PKB diakses pada 8 Juni 2013, pukul 11.55 WIB.
[6] http://news.liputan6.com/read/510849/deklarator-pknu-yazid-mahfudz-kembali-ke-pkb diakses pada 10 Juni 2013, pukul 20.25 WIB.
[7]http://nasional.kompas.com/read/2008/07/19/03164441/jalan.panjang.konflik.pkb diakses pada 27 Mei 2013, pukul. 5.50 WIB.
[9] http://nasional.inilah.com/read/detail/1467612/demi-pendukung-gus-dur-pkbi-didirikan#.UbvWaef-GSo diakses pada 15 Juni 2013, pukul 9.51 WIB.
[10] http://nasional.kompas.com/read/2013/03/20/02283445/PKB.Ganti.Effendy.Choirie.dan.Lily.Wahid. diakses pada 27 Mei 2013, pukul. 6.50 WIB.
[11] http://www.republika.co.id/berita/nasional/politik/13/05/23/mn8zbg-mau-keluar-koalisi-pks-cuma-gertak diakses pada 27 Mei 2013, pukul 8.20 WIB.
[12] http://news.detik.com/read/2013/05/24/095745/2254720/10/internal-pks-benar-benar-terbelah-keluar-atau-bertahan-di-koalisi?9922022 diakses pada 27 Mei 2013, pukul 21.00 WIB.
[13]http://nasional.kompas.com/read/2012/04/17/17255096/Jika.Tak.Keluar.PKS.Dianggap.Oportunis diakses pada 27 Mei 2013, pukul
21.10 WIB.
[14] http://www.tempo.co/read/news/2013/05/20/063481641/Ketua-DPP-PKS-Jazuli-Juwaini-Diperiksa-KPK diakses pada 28 Mei 2013, pukul. 21.36 WIB.
[15] http://www.tribunnews.com/2013/05/21/mentan-suswono-tudingan-pks-targetkan-dana-pemilu-rp-2-t-itu-ngaco diakses pada 29 Mei 2013, pukul. 20.35 WIB.
[16] http://news.detik.com/read/2013/05/24/183943/2255443/10/kader-pks-wajib-setor-uang-ke-partai-kalau-tidak-setor-ada-sanksinya?nd771104bcj diakses pada 10 Juni 2013, pukul
21.14 WIB.
[17] http://www.tempo.co/read/news/2013/05/15/078480590/PKS-Diprediksi-Bakal-Ditinggal-Pemilih-Non-Kader diakses pada 7 Juni 2013, pukul 21.22 WIB.
[18] http://m.metrotvnews.com/read/news/2013/05/17/154545/PKB-Menuju-Pemilu-2014-dengan-Platform-dan-Visi-Kerakyatan diakses pada 7 Juni 2013, pukul 21.50 WIB.
[19] http://www.merdeka.com/politik/cak-imin-klaim-seluruh-rakyat-jatim-pilih-pkb-di-2014.html diakses pada 8 Juni 2013, pukul 10.20 WIB.
[20] http://www.tribunnews.com/2013/05/19/siasati-dana-kampanye-pkb-gunakan-jaringan-nahdliyin?keepThis=true&TB_iframe=true&height=450&width=950&caption=Tribunnews diakses pada 10 Juni 2013, pukul 22.00 WIB.
[21] Kang Young Soon, Antara Tradisi dan Konfli :
Kepolitikan Nahdlatul Ulama, (UI-Press : Jakarta, 2008), hal. 300.
[23] http://pks2014.blogspot.com/2009/08/visi-visi-umum-sebagai-partai-dawah.html
diakses pada 11 Juni 2013, pukul 21.20 WIB.
[24] UU
Republik Indonesia No.10 Tahun 2008 Tentang Pemilu dan UU No.2 Tahun 2008
Tentang Partai politik, Jakarta, 2008, hal. 7.
[25] http://www.merdeka.com/politik/pkb-bantah-curangi-dcs-demi-penuhi-kuota-30-persen.html diakses pada 15 Juni 2013, pukul 7.02 WIB.
[26] http://nasional.kompas.com/read/2013/04/07/17075015/twitter.com diakses pada 15 Juni 2013, pukul 7.11 WIB.
[27] http://id.berita.yahoo.com/pks-tegaskan-penuhi-kuota-30-persen-perempuan-095143168.html diakses pada 15 juni 2013, pukul 7.30 WIB.
[28] http://www.tempo.co/read/news/2013/05/15/078480590/PKS-Diprediksi-Bakal-Ditinggal-Pemilih-Non-Kader diakses pada 11 Juni 2013, pukul 22.30 WIB.
[29] http://www.republika.co.id/berita/nasional/politik/13/01/14/mglv4d-ini-nomor-urut-parpol-peserta-pemilu-2014 diakses pada 14 Juni 2013, pukul 21.56 WIB.
0 comments