Perseterun Diplomatik : Turki dan China Berebut Tahanan Uighur di Thailand
By Meisarah Marsa, S.Sos - April 14, 2015
Fakta :
Peseteruan diplomatik antara Turki
dan China mulai muncul sejak Maret 2014 lalu. Di mana sebanyak 17 kelompok
Uighur dari keluarga Taklimakan memasuki wilayah Thailand melalui Kamboja
secara ilegal. Tiga belas dari mereka adalah anak-anak, termasuk dua yang lahir
di pusat penahanan imigrasi di Bangkok setelah ditahan Maret 2014 lalu. Kelompok
ini mengaku berasal dari keturunan Turki. Pemerintah Turki pun tidak tinggal
diam. Perwakilan diplomatik dari Turki pun didatangkan ke Thailand guna
memberikan perlindungan dan mengupayakan negosiasi untuk memulangkan para
keturunan Turki yang menjadi korban di Xinjiang ini, di mana ketegangan etnis
antara suku Uighur dan pemerintah Cina telah meningkat dalam beberapa tahun
terakhir. Pemerintaha Turki pun bahkan mengeluarkan paspor untuk 17 tahanan
Uighur dan memberi mereka izin untuk bermigrasi ke negara Turki.
Namun di sisi lain, pemerintah China
justru menginginkan pihak Thailand untuk segera memulangkan warganya ke China
setelah ditahan sebagai imigran ilegal dengan alasan bahwa kelompok Uighur
tersebut merupakan warga negara China dan harus kembali lagi ke China.
Sekjen
Dewan Keamanan Thailand, Anusit Kunakorn mengatakan bahwa China dan Turki akhirnya
meminta bantuan kepada pemerintahan Thailand untuk memulangkan mereka yang
ditahan. Setelah ditahan selama 1 tahun, akhirnya kasus ini pun dirujuk ke
pengadilan Bangkok South Criminal Court
pada Selasa, 24 Maret 2015. Sidang tersebut di hadiri oleh perwakilan
diplomatik dari China dan Turki. Dalam sidang tersebut, pihak diplomatik Turki
menegaskan bahwa 17 kelompok Uighur tersebut dapat diterbangkan ke Turki dengan
bantuan pengadaan parport yang telah disiapkan pemerintah Turki beberapa waktu
lalu. Sedangkan pemerintah China menolak untuk berkomentar di persidangan. Juru
Bicara Kementrian Luar Negeri China Hua Chunying menyampaikan bahwa ia tidak
menyadari jika mereka adalah keturunan Turki. Hua Chunying menegaskan bahwa
pemerintah China bersedia untuk meningkatkan kerjasama dengan Thailand dan
Turki serta negara-negara lain untuk memerangi imigrasi ilegal.
Pada tanggal 27 Maret, pengadilan memutuskan
bahwa kelompok Uighur tersebut tidak dapat dipulangkan dan Thailand akan terus mengontrol
kelompok tersebut. Mendengar hal tersebut akhirnya pihak dari International Human Rights Organizations
turun tangan dan mendesak pemerintah Thailand untuk tidak mengembalikan Uighur
ke China, karena dikhawatirkan mereka akan menghadapi penganiyaan kembali.
Pada
awal Maret 2015, Heiner Bielefeldt, pelapor khusus PBB tentang kebebasan
beragama mengeluarkan kecaman pedas terkait tindak pelanggaran hak asasi terhadap
etnis Uighur oleh pemerintah China. China menanggapi dengan bantahan boilerplate, menyebut tuduhan Mr.
Bielefeldt itu "tidak berdasar."
Analisa
:
Dari berita tersebut dapat disimpulkan bahwa politik
luar negeri Turki lebih ditujukan pada peningkatan perlindungan dan kepentingan
bangsa sebagaimana yang diungkapkan oleh Gibson dalam bukunya the Road to Foreign Policy. Sedangkan
cara dan strategi yang dilakukan pemerintah Turki untuk mengamankan dan
melindungi muslim Uighur yang keturunan Turki yang menjadi korban HAM di
Xinjiang China dilakukan dengan tindakan diplomatik. Di mana fungsi dan tugas
diplomatik yang diupayakan oleh diplomat Turki adalah fungsi Representing
(sebagai perwakilan pemerintah Turki), Protecting (melindungi keturunan Turki
dengan mengadakan pasport Turki), dan negotiating (menegosiasikan pemulangan
kelompok Uighur yang keturunan Turki).
Sebagai
tambahan bahwa teori liberal juga menegaskan bahwa setiap individu memiliki
kebebasan atau yang dikenal sebagai HAM. Sehingga dalam hal ini, negara juga
wajib melindungi warga negaranya atas nama HAM. Di mana jika dibandingkan
dengan China, Turki dinilai lebih mampu melindungi dan menjaga hak-hak kelompok
Uighur yang menjadi korban di Xinjiang. Sehingga pantaslah jika kelompok Uighur
yang ditahan sebagai migrasi ilegal di Thailand tersebut dipulangkan ke Turki
dari pada tetap ditahan oleh Thailand atau dipulangkan ke China.
Sumber Berita :
- http://www.reuters.com/article/2015/03/24/us-thailand-china-uighurs-idUSKBN0MK0TA20150324 yang diterbitkan pada 24 Maret 2015
- http://www.washingtontimes.com/news/2015/apr/2/inside-china-turkey-china-fight-over-uighurs-detai/ yang diterbitkan pada 2 April 2015
1 comments
Aduh tu pemerintah cina kok gitu kelakuannya kl mereka gk skk dgn muslim uighur knp gk dikasih ke turki aja
BalasHapus