Kuba dan AS Kembali Gelar Pertemuan Diplomatik di Havana
By Meisarah Marsa, S.Sos - April 14, 2015
Sumber Berita : http://www.cnnindonesia.com/internasional/20150317010330-134-39576/kuba-dan-as-kembali-gelar-pertemuan-diplomatik-di-havana/
Fakta :
Pada Senin 16 Maret 2015, AS
dan Kuba mengadakan pertemuan
diplomatik guna membahas hubungan bilateral antar kedua negara yang sempat terputus sejak 1961
silam. Pertemuan diplomatik tersebut merupakan kelanjutan dari dua
pertemuan sebelumnya yang diadakan di Havana pada Januari 2015, dan di
Washington bulan lalu. Dalam sesi wawancara eksklusif dengan Reuters, Senin (2/3), Obama
mengungkapkan bahwa AS akan membuka kedutaan besar di Kuba sebelum
gelaran Konfrensi Tingkat Tinggi (KTT), 10-11 April mendatang di Panama.
Sebagai kompensasi, pemerintah Castro menginginkan agar Departemen Luar Negeri
AS menghapus negaranya dari daftar negara-negara sponsor yang
dituding menjadi penyokong dana terorisme. Disamping itu AS juga harus
menyediakan bank-bank yang bisa diakses oleh pemerintah Kuba terkait pengurusan
perdagangan.
Analisa
:
Kuba merupakan negara dengan sistem
pemerintahan yang komunis berbeda dengan AS yang menggunakan sistem liberal dan
demokrasi. Perbedaan sistem pemerintahan keduanya turut mempengaruhi politik
luar negeri masing-masing. Jika 50 tahun terakhir, hubungan keduanya memanas,
namun saat ini AS mulai menyadari potensi Kuba yang cukup besar begitupun
dengan Kuba yang memiliki kepentingan tersendiri dengan AS.
Melihat
pola politik luar negeri kedua negara tidak lepas dari kepentingan nasional (national interest) AS maupun Kuba. Di
mana kepentingan nasional AS di Kuba yaitu kepentingan ekonomi, SDA, pembebasan
tahanan AS, dan pengukuhan hegemon AS di kawasan Amerika. Sedangkan Kuba
memiliki kepentingan nasional yaitu penghapusan embargo, penghapusan backlist Kuba sebagai penyuplai dana
teroris, dan penyediaan bank-bank yang bisa diakses pemerintah Kuba terkait
pengurusan perdagangan..
Sedangkan
cara diplomasi yang dilakukan oleh AS dan Kuba saat ini adalah baru sebatas
perundingan mengenai normalisasi hubungan diplomatik. Menggunakan teori neo
liberalisme institusional, terdapat beberapa hal yang perlu untuk dibahas.
1.
Struktur
yang anarki tidak selalu berakhir dengan konflik
Selama
lebih kurang 50 tahun terakhir, hubungan AS dan Kuba diwarnai dengan konflik dan
ketegangan yang mengakibatkan kerugian di negara Kuba. Untuk mencegh kerugian
yang berlarut-larut, pemerintah Kuba akhirnya berupaya untuk mengganti sistem
ekonominya menjadi ekonomi terbuka seperti China. Rencana ini disambut baik
oleh AS. Melihat kemajuan di Kuba dan krisis di Venezuela mendorong AS untuk
mengambil sikap normalisasi hubungan dengan Kuba melalui perundingan. Dengan
didukung oleh kepentingan AS yang telah disebutkan sebelumnya, akhirnya Obama
menyuarakan akan membuka keduataan besar di Kuba sebelum gelaran Konfrensi
Tingkat Tinggi (KTT), 10-11 April mendatang. Berdasarkan teori neo liberal
dapat disimpulkan bahwa Kuba selayaknya membuka hubungan diplomatik dengan AS
bahkan kerjasama nantinya untuk dapat mencegah konflik yang berkelanjutan.
2.
Menitikberatkan
peluang kerjasama internasional yang absolute
gain dan menghasilkan interdependensi.
Meskipun
baru dilaksanakan 3 kali pertemuan, namun tidak menutup kemungkinan bahwa AS
akan mengembangkan invetasi dan bisnis di Kuba nantinya. Hal ini akan menjadi
angin segara bagi Kuba. Karena secara tidak langsung, Kuba akan terhindar dari
embargo dan sanksi ekonomi AS. Selain itu, Kuba dapat mengajukan kesepakatan
bersyarat yang tidak hanya menguntungkan AS tapi juga dapat menguntungkan Kuba
seperti UU tentang investasi yang telah disiapkan oleh Kuba. Kuba membutuhkan modal dan teknologi AS,
sebaliknya AS membutuhkan pasokan pertanian dan pangan dari Kuba. Sehingga, AS
dan Kuba akan terikat dalam kerjasama yang interdependensi (saling
ketergantungan) yang dapat mendatangkan insentif bagi Kuba berupa modal dan
teknologi dan bagi AS berupa pasokan pertanian dan pangan.
Dari
pembahasan tersebut, saya menyarankan agar Kuba dapat menerima upaya
normalisasi diplomatik AS. Karena nantinya, normalisasi akan mengarah pada
kerjasama dan interdependensi dengan melihat pada potensi (advantage) yang dimiliki oleh AS maupun Kuba.
Dan upaya tersebut tentunya akan meminimalisir konflik antara Kuba dan AS.
0 comments