Review Mellian Dialogue
By Meisarah Marsa, S.Sos - Oktober 31, 2013
Review
Mellian Dialogue
Mellian Dialogue adalah
sebuah karya klasik Thucydides dalam sejarah perang Peloponnesia. Yang
mengisahkan sebuah perdebatan panjang antara orang-orang Athena dan orang-orang
Mellian. Sengketa tersebut bermula ketika orang-orang Athena menyerang wilayah
Mellian. Sehingga, sikap Mellian yang semula netral berubah menjadi pro-Sparta.
Sebagai pendukung Sparta, Mellian menolak untuk bergabung dengan Athena. Hingga
suatu hari, pihak Athena mengirimkan wakilnya untuk bernegosiasi dengan
Mellian. Dalam negosiasi tersebut, kekaisaran Athena mengancam seraya memberikan
dua pilihan yaitu menyerahkan wilayah mereka secara damai dan membayar upeti
atau menyerahkan wilayah mereka melalui pertumpahan darah.
Athena memperingatkan
Mellian untuk tidak terlalu berharap pada keadilan. Karena pada kenyataannya,
keadilan hanyalah bagi mereka yang kuat sedangkan mereka yang lemah hanya
menerima apa yang ditetapkan oleh penguasa. Tidak hanya itu, Athena juga menghasut
Mellian untuk berkhianat terhadap Sparta. Menurut Athena, Sparta hanya akan
menyelamatkan kepentingannya sendiri tanpa memerdulikan wilayah kecil seperti
Mellian. Dengan kata lain, Athena ingin menjadikan Mellian sebagai strategi
perang melawan Sparta dan menghasut Mellian agar berpihak pada Athena.
Usaha Athena untuk
menggaet Mellian berakhir dengan sia-sia. Mellian tidak pernah menyetujui
ultimatum Athena. Karena Mellian tahu ia hanya akan menjadi mainan dalam
politik Athena dan hanya akan menjadi bangsa pengecut yang diperbudak oleh
Athena. Menurutnya, upaya yang dilakukan Athena hanya akan menghadirkan
musuh-musuh baru bagi Athena sendiri. Begitu juga sebaliknya, Athena tidak
pernah mau menyetujui tuntutan Millian untuk bersikap netral (tidak menjadi
musuh maupun sekutu). Tuntutan Millian tersebut dianggap sebagai simbol
kelemahan oleh Athena. Sebaliknya, jika Athena mampu menaklukan Millian maka
keamanan dan kekuatan kekaisaran semakin diakui oleh pihak manapun.
Daripada menyerah
dan menjadi budak Athena, Mellian lebih memilih berperang. Meski jumlah pasukan
keduanya sangat jauh berbeda, tapi mereka tetap yakin bahwa pertolongan Sparta
akan datang dan keberuntungan akan berpihak kepada mereka. Bahkan hingga
kesempatan terakhirpun, Mellian tetap teguh pada keputusannya.
Setelah gagal bernegosiasi, orang-orang Athena kemudian mempersiapkan
perang dan mengepung wilayah Mellian. Sebelum melakukan penggempuran, pasukan
Athena mendapat perlawanan di Argos dan menangkap para penjarah Sparta di
Pylos. Mendengar hal itu, orang-orang Sparta kemudian menyatakan kepada seluruh
wilayah koloninya (termasuk Mellian) untuk menyerang Athena. Dalam sebuah
serangan malam yang diluncurkan Mellian, jalur pertahanan Athena berhasil
dilumpuhkan. Dan pada serangan berikutnya, Mellian berhasil menguasai satu
jalur pertahanan Athena lainnya. Athena tidak tinggal diam, ia menyusun sebuah
taktik konspirasi tersembunyi (pengkhianatan) yang mengakibatkan penyerahan
tanpa syarat oleh Mellian.
Sebagai bapak realis
sekaligus penulis karya klasik ini,
Thucydides memberikan sumbangan besar terhadap studi HI. Dari perdebatan
tersebut dapat diketahui bahwa pihak realis (Athena) lebih unggul dibandingkan
pihak idealis (Mellian). Karena di akhir cerita, Athena berhasil membuktikan
argumennya bahwa yang kuatlah yang akan berkuasa. Dengan kata lain, negara yang
memiliki power dan kekuasaanlah yang bisa menguasai suatu peradaban. Sepertihalnya negara Amerika yang
dengan powernya dapat mempengaruhi kebijakan Internasional. Dari pernyataan
tersebut dapat disimpulkan bahwa pemikiran Thucydides yang realis masih relevan
hingga saat ini.
1 comments
:)
BalasHapus