REFLEKSI PEMIKIRAN KARL MARX TERHADAP PEMBENTUKAN SISTEM KOMUNIS : PERUBAHAN DALAM SISTEM POLITIK UNI SOVIET
By Meisarah Marsa, S.Sos - Januari 21, 2014
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puji
syukur kehadirat Allah SWT yang karena rahmat dan karunia-Nya kami dapat
menyelesaikan makalah dengan judul “Refleksi Pemikiran Karl Marx terhadap
Pembentukan Sistem Komunis : Perubahan dalam Sistem Politik Uni Soviet”.
Terwujudnya makalah ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Ungkapan
terima kasih kepada teman-teman dan dosen yang telah memberi masukan,
memotivasi dan membimbing kami dalam menyelesaikan makalah ini.
Kami menyadari bahwa tidaklah mudah dalam
menghimpun berbagai informasi dan menyusun makalah ini. Namun, kami
mengusahakan yang terbaik dalam setiap penulisan.
Tentunya makalah ini tidak lepas dari kesalahan dan kekurangan. Oleh karena
itu, dibutuhkan perbaikan dan saran agar makalah ini menjadi lebih baik. Semoga
makalah ini dapat bermanfaat dan menambah wawasan kita.
BAB I
A.
Pendahuluan
1.1 Latar
Belakang Masalah
Pertumbuhan Komunis di Uni Soviet
sangat dipengaruhi oleh pemikiran Karl Marx. Masyarakat komunis yang dicetuskan
Marx merupakan masyarakat di mana tidak ada kelas sosial (Clasless society),
di mana manusia dibebaskan dari ketertarikan kepada milik pribadi, dan di mana
tidak ada eksploitasi, penindasan serta paksaan. Akan tetapi, cara yang
dianggap benar untuk mencapai masyarakat yang bebas dari paksaan itu perlu
melalui jalan paksaan dan kekerasan, yaitu dengan perebutan kekuasan oleh kaum
buruh dari tangan kaum kapitalis. Hal ini berdasarkan apa yang dikatakan oleh
Marx “Force is the midwife of every old society pregnant with a new one”
yang mana kekerasan adalah transisi setiap masyarakat lama yang akan melahirkan
masyarakat baru. Pemikiran Karl Marx inilah yang ditafsirkan oleh para pemimpin
Uni Soviet pada abad ke-20.
1.2 Rumusan
Masalah
Dari pernyataan masalah di atas, pertanyaan yang perlu dibahas
adalah :
1.
Bagaimana refleksi
pemikiran Karl Marx terhadap pembentukan sistem komunis terhadap perubahan
dalam sistem politik Uni Soviet?
1.3 Tujuan
dan Manfaat
Tulisan ini bertujuan untuk
melengkapi tugas pemikiran politik barat dan untuk menambah pengetahuan tentang
“Refleksi Pemikiran Karl Marx terhadap Pembentukan Sistem Komunis :
Perubahan dalam Sistem Politik Uni Soviet” secara lebih
mendalam.
BAB II
Refleksi
Pemikiran Karl Marx terhadap Pembentukan Sistem Komunis : Perubahan dalam
Sistem Politik Uni Soviet
A.
Asumsi Dasar Ajaran Karl Marx
Secara umum,
asumsi dasar ajaran Karl Marx adalah (Suhelmi 2007) :
1.
Perubahan
sosial politik dalam masyarakat disebabkan oleh perubahan dalam basis ekonomi.
2.
Tidak
ada kelas social (Classless society)
3.
Tidak
mengenal hak milik individu
4. Untuk
mencapai masyarakat yang bebas perlu melalui jalan paksaan dan kekerasan
(perebutan kekuasaan oleh kaum buruh (proletar) dari tangan kaum kapitalis),
sehingga perlu dilakukan revolusi
5.
Kaum
buruh akan bangkit dengan sendirinya
6.
Kapitalisme
(borjuis) pada suatu saat akan mati dan digantikan oleh komunisme
7.
komunisme
dapat diselenggarakan di seluruh penjuru dunia
Asumsi
dasar pemikiran Karl Marx tersebut kemudian melahirkan nilai-nilai komunisme,
beberapa di antaranya yaitu :
- Adanya gagasan monoisme yang menolak adanya golongan-golongan di
dalam masyarakat yang dipandang sebagai penyebab perpecahan
- Kekerasan dipandang sebagai alat yang sah untuk mencapai komunisme
- Negara merupakan alat untuk mencapai komunisme dengan asas : sistem
satu partai, menolak gagasan trias politika, dan pemilihan umum yang bersifat
rahasia.
B.
Pembentukan Sistem Komunis di Uni Soviet
Dalam
pembentukan sistem komunis di Uni Soviet, terdapat tiga tahap transisi, yaitu :
1. Berakhirnya
masa Tsar di Rusia pada Maret 1917. Tsar adalah sebuah kekaisaran Rusia yang
dipimpin oleh Nicholas II.
2. Pada
periode selanjutnya, kekuasaan Rusia kemudian dipegang oleh pemerintahan
sementara Rusia. Pemerintahan sementara
ini dibentuk di Petrograd setelah runtuhnya kekaisaran
Rusia dan abdikasi Tsar Nicholas II. Transfer kekaisaran legal
diberikan dengan proklamasi yang ditandatangani oleh Adipati Agung
Michael, dan pemerintahan sementara terus berkuasa sampai Dewan
Konstituante Rusia menentukan pembentukan pemerintahan di Rusia.
3. Penggulingan
kekuasaan yang dilakukan oleh kaum revolusioner pada 7 November 1917. Revolusi
tersebut dipimpin oleh Vladimir Lenin yang juga sebagai pemimpin Bolshevik. Bolshevik
merupakan kelompok radikal dari Partai Buruh Sosial-Demokrat
Rusia pimpinan Vladimir Lenin yang menghendaki cara-cara perubahan
secara revolusioner dengan pimpinan pusat yang ketat. Kelompok ini
mendirikan Partai Komunis Rusia pada tahun 1912.
Pada
Desember 1922, Uni Soviet resmi didirikan dengan anggota RSFS (Republik
Sosialis Federasi Soviet) Rusia, RSS (Republik Sosialis Soviet) Ukraina, RSS
(Republik Sosialis Soviet) Byelorusia, dan RSFS (Republik Sosialis Federasi
Soviet) Transkaukasia yang masing-masing dipimpin oleh
Partai Bolshevik setempat.
C.
Perubahan Sistem Politik Uni Soviet
1)
Lenin
(1917-1924)
Revolusi
Lenin berhasil membentuk diktator proletariat yang melahirkan Undang-Undang
Dasar 1918 mengenai pemusnahan golongan yang dianggap penindas seperti Tuan
tanah, Pejabat agama, Pengusaha dan Polisi Czar. Diktator proletariat dianggap
sebagai organisasi pelopor dari orang-orang yang ditindas, sebagai kelas
penguasa untuk menghancurkan kaum penindas.
Ajaran
komunis Lenin juga dikenal dengan “Marxisme-Leninisme” yang menyatakan bahwa
sistem ekonomi harus berdasarkan prinsip ekonomi distribusi menurut kebutuhan. Menurut
Karl Marx, negara dianggap sebagai suatu alat pemaksa (instrument of
coercion) yang akhirnya akan melenyap sendiri dengan munculnya masyarakat
komunis karena tidak ada lagi yang ditindas. Mengenai lenyapnya negara, Lenin
menambahkan bahwa negara akan lenyap jika masyarakat menerima prinsip bahwa From
each according to his ability, to each according to his needs (setiap orang
bekerja menurut kesanggupannya, setiap orang menerima menurut kebutuhannya).
Perbedaan
Pemikiran Lenin Dan Marx :
LENIN
|
MARX
|
Pentingnya
peranan kaum petani dalam revolusi
|
Hanya melihat
peranan kaum buruh
|
Kaum proletar
memerlukan suatu partai politik militan untuk melakukan revolusi
|
Kaum proletar
akan bangkit sendiri
|
Melihat
Imperialisme sebagai gejala yang memperpanjang hidup kapitalisme
|
Kapitalisme pada
puncak perkembangannya akan mati dan digantikan oleh komunisme
|
2)
Stalin
(1924-1953)
Pada
masa Stalin, Undang-Undang Dasar 1918 diganti dengan Undang-Undang Dasar 1936
yang menandakan tercapainya sosialisme dan berakhirnya tahap pertama dari
Revolusi. Dengan demikian secara resmi di mulai tahap selanjutnya yaitu
transformasi masyarakat ke arah komunis.
Untuk
melenyapkan negara dan mengubahnya menjadi komunis, Stalin merumuskan dua
syarat utama yaitu syarat internal dan eksternal. Syarat internal menurut
Stalin tidak jauh berbeda dengan syarat yang dikemukakan oleh Marx dan Lenin
yaitu sistem ekonomi harus berdasarkan pada prinsip “distribusi menurut
kebutuhan”. Sedangkan untuk syarat eksternal yaitu pengepungan oleh negara
kapitalis (capitalist encirclement) harus berakhir, maka dengan begitu
komunisme akan menang di seluruh dunia. Namun, gagasan Stalin yang sedikit menyimpang
dari Marx mengenai revolusi adalah bahwa komunisme dapat diselenggarakan di
satu negara dulu yaitu di Uni Soviet bukan berjalan terus menerus (permanent
revolution) di seluruh dunia.
3)
Krushchev
(1953-1964)
Sedangkan
pada masa Krishcev terdapat gerakan Destalinisasi melalui Kongres Partai
Komunis Uni Soviet pada Tahun 1956. Dalam Proses ini pemikiran Stalin di kecam
dan dianggap merugikan Rakyat Uni Soviet karena mengembangkan kultus Individu
(pemujaan kepribadian yang berlebihan terhadap Krushchev). Proses Liberalisasi yang diakibatkan oleh
gerakan destalinisasi itu mempunyai pengaruh besar terhadap perkembangan negara-negara
komunis lainnya. Hal ini dapat dirasakan melalui prinsip loyalitas yang pada
masa hidup Stalin sangat bagus, namun pada masa Krushchev menurun dan menjadi
kurang legitimasi. Kondisi ini kemudian memicu lahirnya gagasan polycentrisme. Polycentrisme
meyakini bahwa pusat komunisme tidak lagi terbatas pada satu tempat saja,
tetapi terdapat pelbagai pusat (yaitu di negara komunis masing-masing)
Khrushchev
mencetuskan beberapa gagasan yang secara fundamental menyimpang dari ajaran
asli marx dan kebijaksanaan Stalin. Pertama, ia mengemukakan bahwa perang dapat
dihindarkan dan bukan lagi “Tak Terelakkan”; Kedua, Membuka kemungkinan untuk
hidup berdampingan dengan negara-negara yang berlainan sistem sosialnya
(peaceful co-existence). Gagasan Khrushchev ini dikenal oleh tokoh komunis lain
sebagai Neo-Revisionisme
4)
Brezhnev
(1964-1982)
Masa
pemerintahan Brezhnev di tandai dengan kelonggaran hubungan dengan
Negara-Negara Barat dan amerika Serikat.
Adanya rivalitas perang dingin dengan Amerika menjadikan pembangunan
angkatan bersenjata sebagai prioritas kebijakan politik Brezhnev. Adanya army
race ini mengakibatkan munculnya beban ekonomi yang ikut memicu masalah-masalah
lainnya seperti masalah sosial dan ketegangan antara Uni Soviet dengan
negara-negara bagian. Oleh karenanya, Brezhnev dikenal dengan kontribusinya
dalam membangun kekuatan angkatan bersenjata Uni Soviet yang mengesankan.
Brezhnev
bisa memberikan toleransi pada beberapa revisi ajaran Marxisme-Leninisme untuk
tujuan pragmatis, tetapi ia tidak melepaskan kontrol politik pada kehidupan masyarakat.
Karena toleransinya yang besar terhadap perkembangan politik dan militer
menjadikan kurang stabilnya ekonomi pada masa Brezhnev. Hal ini ditunjukkan
dengan keadaan perbaikan yang stabil terhadap industri, sementara sektor
pertanian tetap tertinggal, dan korupsi merajalela. Meskipun permasalahan
ekonomi bisa diatasi pada tahun 1970-an, Pada kepemimpinannya, Uni Soviet
mengalami Stagnasi. Usia rata-rata pemimpin di tingkat elit tertinggi semakin
uzur, dan semangat revolusioner semakin memudar.
5.) Yuri
Andropov (1982-1984) & Konstantin Chernenko (1984-1985)
Brezhnev
meninggal pada 1982 dan di gantikan oleh Yuri Andropov (1982-1984) dan kemudian
Konstatin Chernenko (1984-1985).
Perkembangan yang terjadi di dalam negeri ditandai dengan mulai
lunturnya tatanan ekonomi dan politik. Pada masa kepemimpinan keduanya, kondisi
ekonomi, politik, maupun militer tidak beranjak dari kondisi pemimpin
sebelumnya. Kepemimpinan Chernenko kemudian digantikan oleh Mikhail Gorbachev.
6)
Mikhail
Gorbachev (1985-1991)
Gorbachev
membuat perubahan signifikan di bidang ekonomi dan politik yang dikenal sebagai
Perestroika dan Glasnot (Asosiasi Ilmu Politik Indonesia (AIPI), Lembaga Ilmu Pengetahuan
Indonesia (LIPI) 1990) .
*Perestroika adalah kebijakan restrukturisasi sosial dan ekonomi
yang di tujukan untuk memajukan Uni Soviet.
*Glasnot adalah kebijakan untuk membuka akses publik kepada
informasi dan menghapus sensor yang selama ini di berlakukan negara.
Kebijakan
Gorbhacev lainnya adalah menggeser orientasi kebijakan luar negeri Uni Soviet
ke arah yang lebih independen, mengurangi anggaran belanja pertahanan, dan
melakukan negosiasi serius untuk mengakhiri Perang dingin dengan Negara Barat. Keputusan
Gorbachev tentang Pemilu 1998 dimana Kandidat di luar yang di calonkan partai
Komunis Soviet bisa maju dalam pemilu. Kebijakan Gorbachev dinilai mengubah
tatanan kenegaraan ke arah sistem demokrasi ala Barat sehingga menyebabkan
tumbuhnya nasionalisme di negara bagian yang menuntut kedaulatan mereka dan hak
untuk melepaskan diri dari Uni Soviet.
Sejak
diterapkan ide pembaharuan, tumbuh suatu suasana yang makin hidup di Uni
Soviet. Akan tetapi di lain pihak, kebijakan Gorbachev menimbulkan dampak yang
tidak diduga sebelumnya. Pertentangan sosial dalam masyarakat muncul, yang
kemudian melahirkan kelompok-kelompok masyarakat yang satu sama lainnya
bersaing memperebutkan pengaruh dan kekuasaan, yaitu kelompok moderat,
konservatif, dan radikal.
D.
Keruntuhan Uni Soviet dan Munculnya Pergolakan Nasionalisasi
Pada
19 Agustus 1991, terjadi kudeta oleh kelompok konservatif (militer dan komisi
keamanan negara) di bawah pimpinan Wakil Presiden Gennadi Yanayev. Akan tetapi usaha perebutan kekuasaan ini
dapat digagalkan Boris Yeltsin, pemimpin kelompok radikal yang nantinya akan
terpilih sebagai presiden Rusia pertama di desember 1991. Gorbachev dapat
diselamatkan dan nama Yeltsin mulai melambung di pentas politik Uni Soviet (Asosiasi Ilmu Politik Indonesia (AIPI), Lembaga Ilmu
Pengetahuan Indonesia (LIPI) 1990) .
Selain
itu, munculnya pergolakan nasionalisasi juga menimbulkan keterpurukan ekonomi
yang semakin menjadi dan kelompok militer mulai terpecah-pecah dan
negara-negara bagian semakin banyak yang menuntut kemerdekaan. Kemudian pada 24
Agustus 1991, Gorbachev mengundurkan diri sebagai Sekjen PKUS dan sekaligus
mengeluarkan dekrit pembubaran PKUS (Partai Komunis Uni Soviet). Sehingga, negara berada dalam vacuum of power (kekosongan
kekuasaan). Akibatnya, semua kegiatan partai komunis Uni Soviet
dibekukan.
Melihat
adanya vacuum of power tersebut, Boris Yeltsin berusaha untuk mengambil
kekuasaan, tapi berjalan buruk dan mencapai kegagalan. Akhirnya, pada 8
Desember 1991, Uni Soviet secara resmi dibubarkan. Kemudian, negara-negara
bekas Uni Soviet mengikat diri dalam organisasi Commonwealth of Independent
States (CIS) di bawah pimpinan Rusia
Secara umum, faktor
penyebab keruntuhan Uni Soviet di antaranya :
- Sistem marxisme-komunisme ternyata tidak memiliki kontrol efektif
terhadap bidang politik dan ekonomi.
- Marxisme-komunisme tidak memiliki kelenturan dalam menghadapi
perubahan.
- Perubahan sistem pemerintahan dari sentralisasi ke desentralisasi
telah memberi peluang kepada negara-negara bagian untuk melepaskan diri dari
Uni Soviet.
- Sistem ekonomi pasar telah mengundang masuknya liberalisme dan
kapitalisme yang bertentangan dengan komunisme.
- Kaum buruh yang merupakan andalan marxisme-komunisme ternyata lebih
memihak kapitalisme yang memberikan kebebasan untuk memiliki sesuatu daripada
komunis yang tidak mengakui hak individu.
BAB
III
A.
Kesimpulan
Pemikiran Karl Marx membawa pengaruh besar bagi peradaban politik
khusunya di Uni Soviet. Berbagai penafsiran dan kritik terhadap pemikiran Karl
Marx diaplikasikan oleh para pemimpin Uni Soviet. Mulai dari Lenin hingga
Gorbachev. Semua pemimpin tersebut berpatokan pada pemikiran Karl Marx dalam
menjalankan pemerintahan yang disesuaikan dengan gaya pemikiran masing-masing.
Perbedaan kebijakan para pemimpin tersebut dalam memipin Komunis di
Uni Soviet menempuh berbagai kesulitan dan proses panjang. Namun pada akhirnya,
Uni Soviet pun mencapai kegagalan dan pecah menjadi negara-negara kecil.
Meskipun begitu, beberapa negara seperti China, Kuba, Vietnam, dan Korea Utara masih
tetap menggunakan identitas komunis sebagai landasan kebijakan negaranya. Hal
ini dikarenakan bahwa penerapan komunis di negara tersebut tidak sama dengan
negara Uni Soviet maupun negara Eropa Timur yang menganut komunis (Budiardjo
2008) .
Yang mana terdapat modernisasi komunis yang dikembangkan oleh negara-negara
tersebut. Modernisasi tersebut dapat dilihat dari reformasi kebijakan ekonomi
yang makin lama semakin mengadopsi jalan perekonomian kapitalis sebagaimana
yang diterapkan oleh China sekarang.
DAFTAR
PUSTAKA
Asosiasi Ilmu Politik Indonesia
(AIPI), Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI). "Perubahan Politik di
Negara-Negara Eropa Timur." Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1990.
Budiardjo, Miriam. "Dasar-Dasar Ilmu
Politik." Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2008.
Suhelmi, Ahmad. "Pemikiran Politik
Barat." Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2007.
0 comments