The Rise of Cina and Its Implications for the Muslim World

By Meisarah Marsa, S.Sos - Januari 26, 2015



            Kebangkitan Cina menjadi suatu gambaran menarik bagi para akademisi, di mana Cina mampu menyesuaikan kebijakan ekonomi komunisnya dengan ekonomi kapitalis di tahun 1980an. Hal ini ditunjukkan dengan; Pertama, pergerakan ekonomi Cina mampu tumbuh dengan drastis bahkan menjadi ekonomi terbesar kedua di dunia. Untuk mendukung industrinya, Cina menaruh perhatian pada kekayaan minyak negara Muslim di Asia dan Afrika. Kedua, Cina mampu meningkatkan dan mengembangkan teknologinya dengan cepat. Sehingga, dengan adanya pergerakan pertumbuhan teknologi dan ekonominya, Cina juga mampu mengembangkan teknologi di bidang militer sehingga menyebabkan pergeseran balance of power  di tingkat global.
            Dalam tulisannya ini, M. Moniruzzaman ingin menjelaskan bahwa kebangkitan Cina memiliki implikasi terhadap dunia muslim (mencakup 47 negara mayoritas muslim di dunia). kedekatan Cina dengan dunia muslim dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu faktor kedekatan geografi dan ketegangan hubungan barat dengan dunia muslim sejak berakhirnya perang dingin. Kedekatan Cina dengan dunia muslim juga memberikan dampak positif terhadap dunia muslim.
            Peningkatan Cina dapat dilihat dari pertumbuhan sosial ekonomi Cina selama dua dekade terakhir. Sebelumnya, Kongres Partai Komunis Nasional ke-14 pada tahun 1994 mengumumkan kebijakan sepuluh tahun atau "socialist market economy" yang memicu pertumbuhan sosial ekonomi Cina. Prinsip socialist market economy telah menciptakan lebih dari 2.000 zona ekonomi khusus (EPZ) untuk menarik arus yang semakin tinggi dari investasi asing langsung (FDI). Dalam perdagangan internasional, Cina menjadi negara perdagangan terbesar ketiga setelah Amerika Serikat dan Jerman.
Mengamati kontribusi Cina untuk ekonomi global, Goldman Sachs memperkirakan bahwa pada tahun 2030, ekonomi BRIC (Brazil, Rusia, India dan Cina) akan mengambil alih posisi Eropa Barat dan Amerika Utara. Pertumbuhan ekonomi Cina didorong oleh pembangunan SDM, dimana pemerintah Cina membuat rencana pendidikan yang komprehensif. Menurut Departemen Pendidikan Cina, pada tahun 2000, Cina memiliki hubungan kerjasama dengan 154 negara di bidang pendidikan.
Cina memperoleh kapasitas energi dari empat sumber utama: batubara (80%), tenaga air (15%), minyak bumi (2%), gas (1%), dan energi nuklir. Untuk memenuhi kebutuhan energi tersebut, Cina bergantung pada negara-negara kaya minyak, terutama di Afrika dan Asia. Untuk mengamankan aliran minyak, Cina mengikuti diplomasi ekonomi dua arah dengan negara-negara kaya energi alam. Beberapa diplomasi ekonomi tersebut seperti Forum of China Africa Cooperation (FOCAC) dan The Shanghai Cooperation Organisation (SCO).
Forum of China Africa Cooperation (FOCAC) merupakan kebijakan diplomasi ekonomi Cina di negara-negara Afrika yang kaya minyak. Sedangkan The Shanghai Cooperation Organisation (SCO) atau Shanghai Five merupakan kerjasama ekonomi Cina dengan 5 negara lainnya yaitu Rusia, Kazakhstan, Kyrgyzstan, Tajikistan dan Uzbekistan yang didirikan pada tahun 2001. Melalui SCO, Cina bisa melawan dan mengurangi pengaruh geo-politik, geo-strategis, dan geo-ekonomi AS dan Rusia di kawasan Asia Tengah. Di mana dalam SCO, Cina menjamin keamanan militer regional dan stabilitas negara-negara Asia Tengah. Selain dua kebijakan diplomasi ekonomi tersebut, Cina juga berinvestasi besar terhadap negara-negara kaya minyak seperti Arab Saudi, Kuwait dan Venezuela serta negara-negara Teluk.
Kebangkitan Cina modern jelas lebih dekat ke dunia Muslim. Di mana fokus khusus ditempatkan pada beberapa negara utama dunia Muslim, beberapa di antaranya yaitu :
·         Arab Saudi
Selama dekade 1990-an, hubungan ekonomi antara Arab Saudi dan Cina tumbuh pesat, khususnya di bidang pembelian minyak mentah. Aliran minyak Saudi ke Cina melonjak pesat sebesar 59 persen selama tahun 2005 setelah insiden September 11. Peningkatan perdagangan minyak membawa kedua negara lebih dekat, sehingga dalam perjanjian kerjasama pada bulan Januari 2006 yang dibuat KSA, Arab Saudi menjadi penyedia minyak mentah terbesar ke Cina. Pada tahun 2009, kedua belah pihak menandatangani 35 perjanjian  baru termasuk pencahayaan kereta api Makkah dan pembangkit listrik Rabigh dengan total nilai US $ 6270000000. Di samping kontribusi Cina, impor minyak mentah dari Arab Saudi juga meningkat 13,9 persen menjadi 200 juta ton. Selain hubungan ekonomi, kerjasama kebudayaan dan agama juga meningkat. Di mana pada tahun 2009, sebesar 13.000 muslim Cina haji ke Arab Saudi..
·         Kuwait
Hubungan Kuwait dengan Cina telah meningkat sejak terbentuknya hubungan diplomatik pada tahun 1971. Kuwait telah menjadi pemasok terbesar dalam penyediaan pinjaman resmi ke Cina. Selain itu, Kuwait Investment Authority memiliki saham besar di Industrial and Commercial bank of China. Setidaknya, terdapat 17 kunjungan kenegaraan tingkat tinggi Cina ke Kuwait selama 1989 – 2008 dan 21 kunjungan Kuwait ke Cina.
·         Iran
Iran merupakan partner Cina yang paling penting di dunia Islam. Hal ini diperkuat oleh fakta bahwa lebih dari 100 perusahaan milik Cina beroperasi di Iran. Dan menurut perjanjian baru yang ditandatangani, Sinopec Cina membeli 250 juta ton gas alam cair dari Iran selama 30 tahun ke depan. Meskipun Amerika Serikat pernah menerapkan sanksi Iran-Libya Sanksi Act (ILSA), Cina tidak mengindahkan dan tetap melakukan kerjasama. Pada bulan Mei 2009, dalam konferensi ekonomi bersama di Teheran, kedua negara menandatangani sejumlah perjanjian senilai $ 17 miliar dalam kerjasama ekonomi.  Menurut Amir Talebi, seorang pejabat Organisasi Promosi Perdagangan Iran mengatakan bahwa ekspor utama negaranya ke Cina terdiri dari "propana, bijih besi, polietilena, aluminium, tembaga, marmer, bijih krom, besi cor, timah, licorice terkonsentrasi, dan sulfur. Di samping itu, Cina membantu Iran dalam membangun bendungan, galangan kapal, pelabuhan, bandara, di tambang-pembangunan, dan infrastruktur minyak dan gas. Pada bulan Februari 2010,
Ada pepatah Arab-Islam yang menyatakan "carilah ilmu, bahkan pergi ke Cina." Pepatah ini menyiratkan bahwa Cina sudah lama dikenal dunia Muslim dalam hubungan peradaban dan pengetahuan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa implikasi meningkatnya hubungan Cina dengan dunia Islam saat ini diantaranya yaitu: Pertama, peningkatan Cina secara global akan turut meningkatkan investasi dengan dunia Muslim. Kedua, kebijakan ekonomi Cina dengan negara-negara Muslim di Afrika dan Asia umumnya didefinisikan sebagai "kemitraan," "kesetaraan politik," dan " kerjasama." Cina berinvestasi secara langsung dalam pembangunan infrastruktur. Sehingga, investasi Cina dinilai lebih nyata, mudah, dan menguntungkan. Investasi Cina juga didasarkan pada prinsip non-intervensi berbeda dengan investasi Barat yang cenderung mengintervensi melalui pengadaan sanksi ekonomi. Sehingganya, Cina lebih populer dan dapat diterima di negara-negara Muslim sebagai mitra yang dapat diandalkan dalam pembangunan dan persahabatan.
            Dari tulisan tersebut dapat disimpulkan bahwa, peningkatan Cina saat ini berimplikasi terhadap dunia muslim. Hal ini dikarenakan adanya kerjasama dan diplomasi ekonomi yang telah terjalin sejak lama. Di mana dunia muslim turut berkontribusi terhadap Cina di sektor SDA dan Cina juga membalas dengan menanamkan sejumlah investasi langsung tanpa intervensi. Sehingganya, hubungan Cina dan dunia islam semakin asri dan berkembang seiring dengan meningkatnya bargaining position Cina di dunia internasional.


  • Share:

You Might Also Like

0 comments