PELUANG DAN TANTANGAN KEBIJAKAN ENERGY STRATEGY DENMARK TERHADAP EFISIENSI ENERGI ANGIN PERIODE 2009-2014

By Meisarah Marsa, S.Sos - Januari 26, 2015


BAB I


1.1 Latar Belakang Masalah

Sejak 1970an, Denmark dikenal sebagai negara yang berhasil memanfaatkan energi kincir angin sebagai pembangkit energi listrik. Hingga sekarang, Denmark semakin populer dengan turbin anginnya. Bahkan dalam perkembangannya, industri turbin angin Denmark menguasai 30% pangsa pasar turbin angin dunia[i]. Insentif yang tidak sedikit ini menjadikan kebijakan energi Denmark sebagai cetak biru bagi Uni Eropa dan International Energy Agency (IEA)[ii].

Sebagai negara yang juga turut aktif dalam IEA, Denmark juga memiliki tujuan jangka panjang dalam membuat kebijakan di bidang energi. Di mana tujuan tersebut akhirnya direalisasikan dalam sebuah kebijakan yang dicanangkan pada tahun 2011 lalu yang dikenal dengan “Energy Strategy 2050”. Kebijakan ini bertujuan untuk mengubah Denmark menjadi negara dengan intensitas karbon yang rendah dan pasokan energi yang stabil. Kebijakan jangka panjang ini juga bertujuan untuk meningkatkan perluasan pembangunan tenaga angin. Tentunya, kebijakan jangka panjang ini tak lepas dari adanya tantangan dan peluang. Sehingga, pemerintahan Denmark harus memiliki kesiapan dan potensi yang baik untuk pengembangan kebijakan tersebut.

1.2  Rumusan Masalah

Dari pernyataan masalah di atas, pertanyaan yang perlu dibahas adalah :

1.      Bagaimana kebijakan Denmark terhadap efisiensi energi angin?

2.      Bagaimana peluang dan tantangan dari kebijakan pemerintah Denmark di bidang efisiensi energi angin?

1.3  Tujuan dan Manfaat

Tulisan ini bertujuan untuk melengkapi tugas studi kawasan Eropa dan untuk menambah pengetahuan tentang “Peluang dan Tantangan Kebijakan Energy Strategy Denmark Terhadap Efisiensi Energi Anginsecara lebih mendalam.



BAB II


A.    Kebijakan Energy Strategy Denmark Terhadap Efisiensi Tenaga Angin

Denmark merupakan salah satu negara anggota Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD) yang mempelopori efisiensi energi. Hal ini ditunjukkan dengan sikap Denmark yang proaktif dalam menyuarakan keseimbangan antara tingkat konsumsi energi terutama terkait pemanfaatan dan pengembangan energi angin. Yang mana kebijakan pemanfaatan energi angin ini merupakan langkah kebijakan Denmark dalam meminimalisir tingkat konsumtif terhadap energi listrik dari bahan bakar fosil dan batu bara.

Keadaan iklim dan lokasi strategis membuat Denmark memiliki keunggulan dalam hal kekuatan angin. Kekuatan angin di Denmark umumnya lebih menguntungkan daripada kekuatan angin di negara Uni Eropa lainnya. Selain itu, jika dibandingkan dengan potensi kekuatan angin yang dimiliki oleh negara-negara anggota IEA, Denmark tetap masih memiliki keunggulan kekuatan angin lebih baik.


Sumber : Energy balances of OECD Countries, IEA/OECD Paris 2011

Kerangka kebijakan politik terkait efisiensi tenaga angin telah disepakati dalam Energy Policy Agreement 2008 yang selanjutnya diimplementasikan dalam Danish Promotion of Renewable Energy Act yang mulai diberlakukan pada 1 Januari 2009[iii]. Pengelolaan tenaga angin ini tentunya membutuhkan dukungan dari berbagai pihak, terutama dari masyarakat lokal. Untuk itu, pemerintahan Denmark mengimplementasikan Danish Promotion of Renewable Energy Act dengan mencanangkan 4 skema gabungan perencanaan nasional dengan otoritas lokal :

1.      Adanya kompensasi atas hilangnya nilai properti karena ereksi turbin angin

2.      Penduduk lokal berhak memiliki model kepemilikan lokal melalui pembalian turbin angin

3.      Mendukung green plan dan menambah nilai-nilai rekreasi yang menguntungkan potensi masyarakat lokal

4.      Adanya skema jaminan untuk  membiayai investasi awal oleh local wind turbine associations.

Dengan adanya 4 skema perencanaan pengambangan dan promosi turbin angin, maka target pemerintahan Denmark dalam pemanfaatan energi angin semakin berkembang. Sebelumnya, penggunaan turbin angin dan pembangunan taman angin di daratan mendapat penolakan dari pihak lokal. Namun, karena pemerintah memeberikan kompensasi dan sosialisasi melalui Promotion of Renewable Energy Act, maka lambat laun masyarakat lokal menerima pengembangan turbin angin dan pembangunan taman angin di daratan. Untuk mendukung implementasi kebijakan ini, Kementerian Lingkungan Hidup Denmark kemudian mendirikan the Wind Turbine Secretariat.

Di wilayah daratan, pemerintahan Denmark bekerjasama dengan pihak lokal dalam pengembangan dan pembangunan taman angin. Sedangkan di wilayah lautan, pemerintahan Denmark bersama pemerintahan Swedia dan Jerman membangun suatu mitra kerjasama dalam pembangunan taman angin lepas pantai yang berkapasitas 600 megawatt[iv]. Mitra kerjasama 3 negara tersebut membuahkan hasil dengan dibangunnya sebuah taman angin lepas pantai yang diresmikan di dekat pulau Anholt pada akhir 2012 lalu dengan kekuatan 400 megawatt[v].  


B.     Peluang Kebijakan Efisiensi Energi Angin

Denmark merupakan negara dengan luas wilayah 43.098 km2. Titik tertinggi dari daratan Denmark adalah 173 meter di atas permukaan laut. Denmark secara geogarfi berada di bagian barat daya Swedia dan bagian selatan dari Norwegia. Bagian selatan Denmark berbatasan dengan laut Baltik dan semenanjung Jerman Utara. Kondisi geografi ini mempengaruhi jumlah distribusi pasokan listrik antara Dennmark, Jerman, Swedia dan Norwegia. Mengingat wilayah dan jumlah penduduk Denmark lebih kecil, maka pasokan listrik di Denmark lebih sedikit dari pada negara tetangganya, Jerman, Norwegia, dan Swedia. Di tambah lagi pasokan listrik sebelumnya didominasi oleh energi fosil dan batu bara.

Berkaca darihal tersebut, Denmark kemudian membuat inovasi baru dengan memanfaatkan potensi kekuatan angin yang dimilikinya. Potensi kekuatan angin tersebut bahkan dapat mencukupi kebutuhan listrik di Denmark tanpa harus mengkonfigurasi ulang sistem kelistrikan. Pada tahun 2009, sekitar 19,40% kebutuhan listrik Denmark berasal dari energi angin[vi]. Danish Wind Industry Association menyatakan bahwa industri taman angin telah menghasilkan 30,08% pasokan listrik Denmark pada tahun 2012[vii]. Peningkatan ini dinilai sebagai upaya yang menjanjikan terhadap pencapaian target pemerintah dengan tingkat harapan 50% potensi energi angin yang mencukupi kapasitas energi listrik pada tahun 2020[viii]. Upaya renewable energy Denmark ini menarik perhatian negara-negara sekitarnya. Bahkan saat ini, potensi energi angin menjadi trand topic di negara-negara Uni Eropa dan IEA. Beberapa negara lain seperti Inggris, Irlandia, Swedia, Belanda, Belgia, dan Jerman turut mengembangkan potensi energi angin.

Gambar 1. Potensi Energi Angin di Denmark Tahun 2009

16.png

Sumber : Energinet.dk





12121.jpgGambar 2. Konsumsi Energi Angin di Denmark


           






Sumber : Energinet.dk

Melihat peluang tersebut, pemerintah Denmark kemudian melakukan investasi dan membangun industri turbin angin. Industri ini tentunya tidak hanya memberikan efek positif terhadap kebutuhan pasokan listrik Denmark tapi juga membuka lapangan pekerjaan baru. Sejak 2009, tercatat sekitar 26.000 warga Denmark bekerja di industri turbin angin[ix]. Bahkan diprediksikan pada tahun 2020 nanti, industri turbin angin akan menciptakan 6.000-8.000 lapangan pekerjaan baru setiap tahunnya dan berkontribusi besar dalam mengurangi emisi CO2 dan ketergantungan pada bahan bakar fosil[x]. Besarnya kontribusi energi angin terhadap iklim global juga sejalan dengan kebijakan energy strategy 2050 yang dicanangkan oleh pemerintahan Dennmark untuk menghasilkan intensitas karbon yang rendah dan pasokan energi yang stabil. Tentunya hal ini juga akan menarik perhatian dunia internasional untuk mengembangkan potensi energi angin. Sehingga, pemerintah Denmark memberikan investasi yang cukup besar terhadap pengembangan industri turbin angin ini.

Denmark memiliki taman angin terbesar di dunia. pada tahun 2009 saja, telah dibangun 5.100 turbin angin di mana 4.809 turbin dibangun di daratan dan sisanya dibangun di lepas pantai Denmark[xi]. Pada 2030 mendatang, pemerintahan Denmark menargetkan pembangunan taman angin yang seimbang antara taman angin daratan dan taman angin lautan. Selain membutuhkan pembangunan sektor industri turbin angin lepas pantai uuntuk pencapaian target pemerintah Denmark pada 2030 mendatang, industri turbin angin lepas pantai juga menjadi pasar baru bagi Denmark[xii]. Terutama untuk pengembangan di kawasan Eropa. Kurangnya ruang bagi pengembangan taman turbin di daratan akibat padatnya penduduk Eropa menjadi ladang subur dalam pengembangan industri turbin lepas pantai. 

C.    Tantangan Kebijakan Efisiensi Energi Angin

Di balik peluang pengembangan efisiensi potensi energi angin, terdapat berbagai tantangan. Tantangan tersebut dapat diklasifikasikan sebagai berikut :

1.      System design and operation

Tantangan efisiensi energi angin dalam bidang operasional dan desain sistem dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti pengaruh cuaca dan metode penyimpanan energi. Kedua faktor tersebut membutuhkan keseimbangan sistem agar dapat menghasilkan desain sistem operasional yang baik. Untuk dapat menyeimbangkan faktor tersebut, pemerintah harus memiliki sistem yang fleksibel. Di mana di saat cuaca berangin atau disaat kapasitas taman angin berlebih, maka energi ekstranya dapat disimpan dalam bentuk energi panas. Sehingga di saat angin tidak bertiup, cadangan energi dapat diambil dari energi panas tersebut. Namun, energi angin yang terlalu berlebihan juga dapat merugikan. Denmark pernah menjual energi anginnya yang berlebih dengan harga murah ke negara tetangganya, Jerman, Noregia dan Swedia.

Selain itu, diperlukan kombinasi angin dan matahari untuk dapat menyimpan energi angin yang kemudian diubah menjadi energi panas. Cuaca tidak berangin juga dapat mengakibatkan turbin berhenti berputar. Pada saat kondisi ini terjadi, pemerintah harus menyediakan pasokan energi panas, atau energi lainnya seperti pembangkit listrik tenaga batu bara. Di saat angin kencang dan menghasilkan banyak energi, maka generator atau pembangkit listrik tenaga lain harus dikurangi produksinya. Oleh karena itu, dengan adanya perubahan cuaca yang dapat mempengaruhi kekuatan angin, maka pemerintah juga harus memprediksi cuaca baik jangka panjang maupun jangka pendek.

2.      Grid connection / Network infrastrucutures

Sedangkan dalam permasalahan jaringan dan infrastruktur, tantangan efisiensi tenaga angin dipengaruhi oleh faktor estetika penempatan turbin angin dan pengelolaan distribusi energi. Dari segi estetika penempatan turbin angin yang tidak baik dapat memicu protes dari penduduk lokal. Hal ini pernah terjadi sebelumnya di Denmark, namun pemerintahan Denmark akhirnya mampu mengatasi permasalahan ini melalui kebijakan Promotion of Renewable Energy Act. Karena tidak dipungkiri bahwa wilayah dengan kekuatan angin tinggi banyak ditempati oleh para penduduk. Turbin besar biasanya berukuran 183 m dengan baling-baling sepanjang 61,5 m dan mampu menghasilkan listrik 5 megawatt dengan kecepatan putaran 200 km/jam yang mendesis saat membelah udara.  Tentunya, suara ini cukup mengganggu penduduk. Namun, pemerintah Denmark akhirnya mampu menyiasati hal tersebut dengan mengambangkan turbin kecil bekerjasama dengan perusahaan Southwest Wind power di Flagstaff, Arizona. Perusahaan ini memproduksi baling-baling yang mampu diangkat dengan tangan, karena berat baling-baling ini hanya berkisar enam kilogram saja. Perusahaan ini mampu menjual 60.000 turbin kecil. Meski berkapasitas 400 watt, turbin kecil ini mampu menyalakan beberapa lampu.

Jika dilihat dari pengelolaan distribusi energi, pemerintah harus mampu menyiasati besaran distribusi energi ke berbagai wilayah Denmark, apalagi pada masa-masa krisis. Hal ini juga berhubungan erat dengan metode penyimpanan energi. Pemerintahan juga perlu memperhatikan jaringan penghubung baik dari turbin daratan maupun turbin lepas pantai. Terutama untuk turbin lepas pantai, pemerintah harus selalu memperhatikan jaringan penghubung mengingat wilayah tersebut dipenuhi oleh air laut.

3.      Market design

Untuk desain market, tantangan yang dihadapi pemerintah tidak jauh dari persoalan jumlah demand dan supply energi angin, besaran biaya pembangunan dan perawatan turbin. Karena kedua faktor ini akan mempengaruhi harga pasar. Khusus untuk biaya pembangunan dan perawatan turbin, pemerintah harus menyiapkan budget yang lebih besar untuk pengembangan taman turbin lepas pantai daripada daratan. Sedangkan untuk demand dan supply, pemerintah harus mempertimbangkan permintaan kebutuhan energi dalam negerinya. Di samping menyuplai kebutuhan energi negara tetangganya, Jerman, Swedia, dan Norwegia. Denmark juga harus mampu memperlihatkan kinerja energi terbarukan dari angin yang ramah lingkungan dan low carbon and fossil sehingga menarik minat negara lain agar penawaran harga produksi turbin dapat terus meningkat.



PENUTUP


            Kebijakan energy strategy Denmark di bidang efisiensi energi angin menjadikan Denmark sebagai negara dengan pengembangan jumlah turbin terbanyak di Eropa. Atas prestasinya ini, kebijakan Denmark menjadi cetak biru bagi Uni Eropa. Di mana Denmark mampu memanfaatkan situasi iklim dan cuacanya yang memiliki kekuatan angin bagi di daratan maupun di bagian lepas pantai lalu mengembangkannya menjadi sebuah solusi untuk meminimalisir tingkat konsumtif terhadap energi fosil dan batu bara yang semakin menipis.

            Dalam merealisasikan kebijakan energy strategy Denmark di bidang efisiensi energi angin, terdapat peluang dan tantangan yang harus dihadapi pemerintahan Denmark. Berikut peluang dan tantangan terhadap kebijakan :

Peluang
Tantangan
Dapat membuka industri turbin angin dan menciptakan lapangan pekerjaan baru
System design and operation : pengaruh cuaca dan metode penyimpanan energi
Memperluas jaringan energi listrik berkekuatan angin dan meningkatkan kapasitas transmisi jaringan terutama di ranah domestik
Grid connection / Network infrastrucutures : faktor estetika penempatan turbin angin dan pengelolaan distribusi energi.
Menambah pasokan listrik dan mengurangi tingkat konsumtif terhadap energi fosil dan batu bara.
Pengenalan penyimpanan energi angin dan dapat ditransformasikan menjadi energi panas
Market design : persoalan jumlah demand dan supply energi angin, besaran biaya pembangunan dan perawatan turbin
Menghasilkan intensitas karbon yang rendah dan pasokan energi yang stabil

    





DAFTAR PUSTAKA


Administrator. Listrik Indonesia. http://listrikindonesia.com/denmark_siap_tinggalkan_energi_fosil_269.htm (accessed November 22, 2014).

—. Ministry of Energy and Mineral Resources Republic Indonesia. http://www.esdm.go.id/berita/323-energi-baru-dan-terbarukan/4995-tenaga-angin-lepas-pantai-pasar-baru-energi-terbarukan.html (accessed November 22, 2014).

Danish Wind Industry Association. http://www.windpower.org/en/knowledge/statistics/the_danish_market.html (accessed November 22, 2014).

Denmark.DK (The Official Website of Denmark). http://denmark.dk/en/green-living/wind-energy/ (accessed November 22, 2014).

ENERGINET.DK, and Carsten Jensen. ENERGINET.DK. September 15, 2010. http://www.energinet.dk/EN/El/Nyheder/Sider/Work-of-connecting-new-offshore-wind-farm-to-the-grid-about-to-commence.aspx (accessed November 22, 2014).

Fuchs, Reinhard. DW. Januari 31, 2013. http://www.dw.de/industri-energi-angin-terancam-badai/a-16564181 (accessed November 22, 2014).

International Energy Agency. "Energy Policies of IEA Countries : Denmark." www.iea.org. 2011. (accessed November 19, 2014).

Jeppesen, Helle. DW. Mai 5, 2014. http://www.dw.de/denmark-pembela-iklim-nomor-satu/a-17612530 (accessed November 21, 2014).

National Geographic Indonesia. Juni 21, 2013. http://nationalgeographic.co.id/berita/2013/06/kelebihan-dan-tantangan-energi-angin-ii (accessed November 22, 2014).

The Wind Power. http://www.thewindpower.net/statistics_monitoring_en.php (accessed November 22, 2014).




[i] http://listrikindonesia.com/denmark_siap_tinggalkan_energi_fosil_269.htm diakses pada 22 November 2014, pukul 15.29 WIB.
[ii] http://www.dw.de/denmark-pembela-iklim-nomor-satu/a-17612530 diakses 21 November 2014, pukul 11.08 WIB.
[iii] www.iea.org. International Energy Agency. Energy Policies of IEA Countries : Denmark, OECD/IEA. 2011. Hal. 78-79. Diakses pada 19 November 2014, pukul 12.45 WIB.
[iv] http://www.dw.de/denmark-pembela-iklim-nomor-satu/a-17612530 diakses 21 November 2014, pukul 11.08 WIB.
[vii] Ibid
[viii] http://denmark.dk/en/green-living/wind-energy/ diakses 22 November 2014, pukul 15.44 WIB.
[x] http://www.dw.de/denmark-pembela-iklim-nomor-satu/a-17612530 diakses 21 November 2014, pukul 11.08 WIB.
[xi] Opcit.

  • Share:

You Might Also Like

2 comments

  1. "Hi!..
    Greetings everyone, my name Angel of Jakarta. during my
    visiting this website, I found a lot of useful articles, which indeed I was looking earlier. Thanks admin, and everything."
    Aktual

    BalasHapus
    Balasan
    1. thanks reader :) so greatful to share the useful articles with u

      Hapus