After The Cold War : The Maturing Of The Greater West Asian Crisis By. Fred Halliday
By Meisarah Marsa, S.Sos - Mei 03, 2015
Pasca
terjadinya perang dingin muncul berbagai problematika baru di kawasan West Asian khususnya di Timur Tengah. Fred
Halliday dalam tulisannya mencoba untuk mengkaji permasalahan yang terjadi
mulai dari ranah state, regional, hingga global yang mulai dipicu sejak tahun
1918. Permasalahan yang terjadi kemudian dipetakan oleh Halliday dalam 4
peristiwa penting yang terjadi pasca perang dingin yaitu: pertama, invasi Iraq ke Kuwait pada 2 Agustus 1990; Kedua, penandatanganan The Israeli-Palestinian Declaration
Principles pada 13 September 1993; Ketiga,
serangan Al-Qaida ke gedung WTC USA pada 11 September 2001; dan Keempat, Okupasi AS ke Iraq pada Maret
hingga April 2003.
Dalam tulisannya, Halliday membatasi post-Cold War Middle East dalam 2 isu analisis yaitu apakah keadaan
dunia Arab saat ini lebih dapat dikombinasikan ke dalam politik regional Timur
Tengah atau Greater West Asia Crisis, dan sejauh mana faktor eksternal mempengaruhi
politik dan masyarakat di kawasan. Hal ini dapat dijawab dengan melihat pada
analisis sitem internasional yanga ada saat ini dan karakteristik sosial
ekonomi yang berkembang di kawasan. Baik dengan melihat pada level state actor, non-state actor, atau structure.
Perang
dingin ditandai dengan berakhirnya peran USSR. Hal ini tentunya berimplikasi pada
sistem dunia internasional yang tadinya bipolar menjadi unipolar yang diduduki
oleh AS dan menjadi faktor eksternal yang paling berpengaruh terhadap kawasan
Timur Tengah. Berbagai konsekuensi muncul pasca pergeseran sistem ini. Namun, bubarnya
USSR yang ditandai dengan geographic
retrenchment tidak memperburuk hubungan Timur Tengah dengan Rusia. Hal ini
dibuktikan dengan berkembangnya investasi, perdagangan, tourism, dan masih tetapnya dukungan Rusia atas Timur Tengah dalam Madrid Arab-Israeli peace negotiations.
Halliday juga menekankan bahwa negara-negara seperti Turki, Iran, dan
Afganistan yang berbatasan dengan Rusia tidak memiliki hubungan buruk dengan
Rusia dan bahkan menjalin hubungan diplomatik dengan Rusia. Sepertihalnya Iran
yang memiliki kerjasama militer dengan Rusia.
Berbeda dengan AS memiliki kepentingan utama di kawasan
yaitu melindungi Israel, membuka akses energi (minyak) dengan mencoba untuk
mempolitisasi Gulf oil di kawsan
Timur Tengah yang dibungkus dengan problematika Arab-Israel, dan intervensi ke
Afganistan dan Iraq yang dialihkan dalam isu penyerangan terorisme pasa 11
September 2011. Dengan adanya motif dibalik seruan demokrasi dan HAMnya
menjadikan hubungan AS dengan negara-negara di Timur Tengah tidak membawa
perubahan yang lebih baik. Hal ini ditandai dengan ketegangan hubungan Iran dan
Iraq, kekecewaan dunia Arab terhadap kebijakan AS yang pro Israel. Ditambah
lagi dengan terjadinya serangan 11 September 2001 yang membawa nama Islam dan
Timur Tengah sebagai dalang teroris yang berujung pada intervensi AS ke
Afganistan dan Iraq.
Melihat besarnya pengaruh perang dingin yang menggeser
fokus AS dari containment policy melawan USSR dan berfokus kemudian pada energi
dan kebijakan motif serta double standardnya
membawa dampak besar terutama dalam melihat perilaku negara-negara di kawasan
Timur Tengah. Dampak trend perubahan global ini dapat dilihat pada kasus Invasi
Iraq ke Kuwait. Untuk pertama kalinya dalam sejarah Arab modern, negara Arab
bersatu dengan tentara barat dalam melawan negara Arab lainnya. Dilihat dari
latar belakang terjadinya, Kuwait yang menjadi provinsi ke-19 yang disatukan
dengan Iraq pada masa Turki Usmani menimbulkan pertikaian wilayah, Kuwait
menjual minyak melebihi kuota OPEC sehingga mempengaruhi harga pasar minyak
yang menimbulkan kemerosotan ekonomi Iraq, Kuwait juga mengambil bagian minyak
Iraq yang ada di Rumaila. Sehingga, kemudian Saddam Husein memutuskan untuk
mengintervensi Kuwait. Hal ini memicu negara-negara Arab lain untuk meminta
bantuan kepada AS untuk melucuti Iraq dari Kuwait.
Bagi kawasan Timur Tengah, berakhirnya perang dingin
tidak serta merta membawa perdamaian di ranah regionalnya. Halliday menegaskan
bahwa setelah okupasi ke Kuwait, tidak ada permasalahan antar negara di Timur
Tengah yang dapat diselesaikan. Selain itu, The
Gulf Crisis juga membawa dampak bagi Timur Tengah di mana negara-negara
Arab membuat koalisi dengan mengundang AS untuk bersama melawan Iraq. Halliday
juga menegaskan bahwa hal ini merupakan breaking
point yang memicu kemunculan gerakan-gerakan Islamis, yang terkenal
dipimpin oleh Osama Bin Laden. Gerakan inilah yang nantinya dianggap sebagai
dalang di balik serangan 11 September.
Setelah problematika 1990an dalam situasi Gulf crisis tidak ada tanda-tanda
integrasi sistem keamanan bersama antar tiga negara besar di Timur Tengah yaitu Iran, Iraq, dan Arab
Saudi. Dimensi regional yang seharusnya menjadi inter-state strategic relations justru berubah menjadi inter-state rivalry pada tataran atas
(negara). Dan munculnya konflik transnasional antara para jihadis Vs Barat pada
tataran bawah (Civilization).
Halliday menyatakan bahwa terdapat suatu kesalahan dalam
melihat isu terorism. Dengan melihat pada hubungan antara Timur Tengah dan
Barat dalam konteks internasional, pergerakan islamis yang muncul lebih
dipengaruhi oleh kondisi dalam masyarakat di Timur Tengah. Yang tidak hanya
dipengaruhi oleh kondisi politik, namun juga kondisi sosial dan ekonomi. Menurut
Halliday, permasalahan islam, budaya, dan masyarakat tidak teridentifikasi
sebagai latar belakang serangan 11 September. Adapaun political trends from below lebih merefleksikan ideologi yang
partikularis dan cenderung anti-demokrasi.
Dalam kasus di Timur Tengah dapat dilihat bahwa negara
masih memiliki peran besar. Baik sebagai aktor yang rasional maupun sebagai
aktor yang memiliki power yang mendukung berbagai kepentingan. Bahkan hingga
saat ini, negara masih menjadi aktor dominan yang berinteraksi meskipun belum
ada suatu integrasi kawasan Timur Tengah yang memiliki struktur dan tujuan yang
jelas. Di sisi lain, negara-negara Timur Tengah juga memiliki peran signifikan
dalam mengurusi urusan domestiknya.
0 comments