POLITIK LUAR NEGERI AS TERHADAP YORDANIA PADA MASA PEMERINTAHAN BARACK OBAMA PERIODE 2009-2014

By Meisarah Marsa, S.Sos - April 04, 2016



BAB I
1.1  Latar Belakang
Amerika Serikat merupakan negara superpower yang memiliki peran besar di dunia internasional terutama dikawasan Timur Tengah. Dalam memainkan perannya di Timur Tengah, AS tentunya memiliki strategi multidimensi terutama yang dikembangkan melalui hubungan bilateral. Melihat potensi salah satu negara Timur Tengah yaitu Yordania yang dinilai AS sebagai negara yang memajukan perdamaian, moderasi, dan menjaga stabilitas kawasan menarik minat AS untuk membuka hubungan diplomatik dengan Yordania pada tahun 1949.
Kedekatan hubungan AS-Yordania telah berlangsung lama sejak pemerintahan Presiden AS Eisenhower dan masih berlanjut hingga masa pemerintahan Presiden Barack Obama. Hubungan bilateral dalam mitra kerjasama AS-Yordania ditujukan terutama untuk proses perdamaian Timur Tengah. Sehingganya, AS berusaha untuk memperkuat komitmen Yordania dalam menjaga stabilitas kawasan karena hal tersebut juga sejalan dengan kepentingan AS di Timur Tengah. Upaya AS untuk memperkuat komitmen Yordania tersebut dapat dilihat secara multidimensi baik dari aspek politik, militer, dan ekonomi.
Pada tahun 2008, AS dan Yordania menandatangani sebuah non-binding memorandum of understanding (MOU) dalam rangka memberikan bantuan ke Yordania selama lima tahun[1]. MOU sendiri ditujukan untuk meningkatkan konsistensi kerjasama serta memperkuat komitmen kedua negara di berbagai aspek. Sejak terpilihnya Presiden Obama sebagai Presiden AS yang diresmikan pada 20 Januari 2009 lalu, proyek kerja MOU secara otomatis akan dilanjutkan pada masa pemerintahannya. Bahkan proyek MOU yang sebelumnya direncanakan selama lima tahun sejak 2008 yang seharusnya berakhir ditahun 2014 mengalami pembaharuan. Hal ini sejalan dengan terpilihnya kembali Obama pada 20 Januari 2013. Pada Februari 2014 lalu, Presiden Obama mengumumkan akan memperbaharui bantuan MOU tersebut[2].  
Berbagai bantuan AS ke Yordania tidaklah sedikit. Berdasarkan Congressional Research Service dikatakan bahwa Yordania merupakan negara terbesar kedua penerima bantuan dari AS. Administrasi Obama memberikan bantuan pada tahun 2010 sebesar $ 818 juta, jumlah ini lebih besar daripada bantuan yang diberikan administrasi GW. Bush yang hanya $ 228 juta. Bantuan tersebut kemudian mengalami peningkatan pada tahun  2011 sebesar $ 100 juta dengan tambahan $ 400 juta yang dijanjikan melalui US Overseas Private Investment Corporation (OPIC)[3]. Jumlah ini meningkat seiring dengan pecahnya Arab Spring dan keinginan masyarakat Yordania untuk mereformasi politik dan ekonomi. Selain itu, krisis Suriah juga menjadi bagian dari kebijakan luar negeri AS terhadap Yordania.   
Sejak pecahnya Arab Spring dan memuncaknya pergolakan masyarakat Yordania yang menginginkan reformasi politik dan ekonomi memaksa AS untuk memusatkan perhatian lebih besar pada Yordania. Ditambah lagi, Yordania merupakan sekutu kunci yang merupakan satu dari dua negara Timur Tengah yang memiliki perjanjian damai dengan Israel. Untuk mengamankan sekutu kuncinya tersebut, Presiden Obama bahkan melakukan pertemuan pribadi dengan Raja Abdullah untuk meyakinkan dukungan penuh AS terhadap Yordania[4]. Selain itu, Presiden Obama juga mengirimkan perwakilan Departemen Luar Negeri AS William J. Burns dan Chairman of the Joint Chiefs of Staff Admiral Michael G. Mullen ke Yordania[5].
Kepentingan AS lainnya di Yordania juga tidak lepas dari permasalahan perang melawan the Islamic State (IS) atau yang disebut juga dengan the Islamic State of Iraq and the Levant (ISIL/ISIS). AS melakukan berbagai upaya mulai dari diplomasi hingga membuka kerjasama militer dan intelijen untuk menghilangkan ancaman teroris. Di sisi lain, Yordania juga memiliki kepentingan yang membutuhkan bantuan dan kerjasama AS. Karena Yordania sendiri memiliki kondisi yang lemah baik di bidang politik maupun ekonomi[6]. Hal ini semakin diperparah dengan datangnya para pengungsi dari Suriah dan Palestina yang sudah menyatu dengan penduduk Yordania. Kondisi kritis ini tentunya menjadi tantangan bagi pemerintah AS dan Yordania, terutama setelah terjadinya gejolak Arab Spring yang menginginkan reformasi politik pada tahun 2011 lalu. Lalu apakah yang dilakukan oleh Obama dalam menghadapi tantangan tersebut? Dan bagaimanakah realisasi kebijakan luar negeri AS pada masa Obama terhadap Yordania di bidang politik, ekonomi, dan di bidang lainnya?


BAB II
Politik Luar Negeri AS Terhadap Yordania

A.    Politik Luar Negeri AS di Bidang Politik
Politik luar negeri AS di Timur Tengah pada masa Pemerintahan Obama lebih berfokus pada penanganan melalui isu soft power. Berbagai gejolak yang melanda Timur Tengah dalam beberapa tahun terakhir telah mempengaruhi posisi AS di Timur Tengah terutama sejak kebijakan Bush yang lebih menonjolkan hard power dan memicu konflik yang berkelanjutan hingga masa Obama. Pada masa pemerintahannya, Obama berupaya untuk membangun kembali citra positif AS di Timur Tengah dengan melakukan berbagai kebijakan terutama terkait ekonomi, politik dan keamanan. Dalam mendukung kebijakannya, AS memiliki sekutu kunci yaitu Yordania yang membantu AS dalam membendung konflik di Timur Tengah. Melihat kondisi di Yordania, AS harus memperhatikan 3 hal penting dalam merealisasikan kebijakan luar negerinya, yaitu : 1) adanya ancaman keamanan langsung yang ditimbulkan oleh krisis Suriah yang dapat memicu spillover, 2) tantangan jangka panjang yang ditimbulkan oleh berbagai gerakan islam yang beroperasi di domestik Yordania, dan 3) permasalahan terkait reformasi politik dan ekonomi Yordania[7]. Untuk itu, AS perlu melakukan diplomasi serius dengan pemimpin Yordania, Raja Abdullah.
Secara geografis, Yordania berbatasan dengan Irak, Israel dan Suriah. Berdasarkan posisinya ini, Yordania rentan terhadap gejolak yang terjadi. Krisis yang terjadi di negara tetangganya memberikan efek spillover terhadap Yordania. Dampaknya, banjir pengungsi mengalir deras di Yordania. Lebih dari 460.000 warga Suriah mengungsi ke Yordania guna mencari keamanan dari perang yang berkecamuk di Suriah[8]. Jumlah tersebut bahkan semakin meningkat hingga menyebabkan defisitnya anggaran pemerintah mencapai tingkat tertinggi yaitu $ 3 milyar pada 2011[9]. Selain itu, jumlah pengungsi yang cukup tinggi ini dikhawatirkan dapat menciptakan basis regional yang mengembangkan ideologi ekstrimis dan teroris, mengingat telah munculnya beberapa basis kekuatan di beberapa daerah[10].
Di Yordania, gerakan politik Islam sepertihalnya Jordanian Muslim Brotherhood (JMB) dan Reformist Salafism (RS) berupaya untuk mengkooptasi kekuatan-kekuatan Islam[11]. Sebelumnya, gerakan politik tersebut mampu di netralkan oleh pemerintahan monarki Hashemite (Yordania). Namun, gerakan politik tersebut semakin kuat dan berkembang seiring dengan maraknya krisis yang terjadi di Suriah dan negara-negara Arab lainnya terutama yang memiliki kedekatan geografis dengan Yordania. Ditambah lagi, besarnya arus kedatangan pengungsi dikhawatirkan membentuk suatu kekuatan bersama dengan gerakan politik Islam Yordania. Setelah pemerintah mengalami defisit pembangunan yang mencapai tingkat tertinggi pada tahun 2011, kekuatan politik yang sebelumnya masih bisa dinetralkan oleh pemerintah, mulai melancarkan aksinya[12]. Kekuatan politik tersebut meluas di dua wilayah utama yaitu wilayah West Bankers yang didominasi oleh para pengungsi Palestina dan East Bankers yang didominasi oleh para pengungsi Suriah[13].
Yordania yang pada waktu itu masih memiliki kondisi politik dan ekonomi yang lemah merasa terancam dengan adanya kekuatan-kekuatan politik yang semakin kuat. Sebuah aksi demontrasi massa yang menginginkan reformasi politik dan ekonomi terhadap pemerintahan Yordania akhirnya disuarakan pada Jum’at, 21 Oktober 2011[14]. Kejadian tersebut tak dapat dihindarkan dari efek spillover Arab Spring. Menanggapi hal tersebut, AS di masa pemerintahan Obama melakukan sejumlah kebijakan terhadap kondisi perpolitikan Yordania. Beberapa kebijakan tersebut antara lain :
·      AS mendorong Yordania untuk melakukan reformasi politik secara bertahap
Melihat kisruhnya negara-negara Timur Tengah pasca Arab Spring, AS harus lebih berhati-hati dalam mengeluarkan kebijakan luar negerinya terutama di negara sekutu kuncinya, Yordania. Pemerintahan AS bahkan menawarkan sejumlah bantuan dan dukungan politik. Di mana pada tahun 2011 tersebut,  administrasi Obama meningkatkan anggaran bantuan sebesar $ 100 juta dengan tambahan $ 400 juta yang dijanjikan melalui US Overseas Private Investment Corporation (OPIC) yang merupakan kelanjutan dari proyek MOU 2008[15]. Bantuan yang diberikan AS tersebut ditujukan untuk meringankan beban pemerintah Yordania dalam menghadapi demostrasi massa yang dipicu salah satunya oleh defisit anggaran pemerintah.  
Menanggapi efek Arab Spring, AS mendorong Yordania untuk melakukan reformasi secara bertahap meskipun reformasi tersebut masih belum menghilangkan hak prerogatif raja[16]. Raja Abdullah memenuhi permintaan AS dalam mengupayakan reformasi dengan melakukan beberapa kebijakan yaitu[17]: 1) memecat Marouf al-Bakhit sebagai Perdana Menteri atas tuntutan rakyat, 2) memerintahkan kepala eksekutif pemerintah Awn Al-Khasawneh untuk membentuk pemerintahan baru, 3)  menjanjikan penggabungan unsur kelompok politik dalam mengatur urusan negara. Kebijakan tersebut dilakukan oleh Raja Abdullah untuk mencegah terjadinya penyebaran revolusi negara-negara Arab yang berujung pada krisis akibat tidak terpenuhinya tuntutan rakyat. Meskipun masih bersifat top-down, namun perubahan tersebut lambat laun akan mengarah pada demokrasi[18]. Inilah sisi positif kebijakan administrasi Obama yang tidak memaksakan demokrasi secara keras sebagaimana kebijakan Bush.
John Kerry turut mengapresiasi reformasi politik yang dilakukan oleh pemerintahan Yordania[19]. Reformasi politik Yordania dinilai Kerry cukup stabil dibandingkan dengan negara Arab lainnya. Hal ini disebabkan karena pemerintahan Yordania sedikit banyak mampu memenuhi aspirasi demokratis warga negara Yordania yang menginginkan reformasi politik dan ekonomi secara formal dan hampir menyeluruh. Reformasi politik di Yordania dilakukan secara bertahap yang dimulai dari Maret 2011 dengan membentuk National Dialogue Committe (NDC) dan the Royal Committee untuk meninjau UU, mengubah sepertiga konstitusi, membentuk sebuah komisi independen yang baru untuk pemilu, dan mengubah konstitusi terkait peradilan[20].
·      Presiden Obama melakukan kunjungan ke Yordania
Pada Maret 2013 lalu, Presiden Obama mengunjungi Raja Abdullah di Yordania selepas kunjungannya dari Israel[21]. Dalam pertemuannya dengan Raja Abdullah, Obama menjanjikan bantuan senilai $ 200 juta untuk membantu meringankan kesulitan pemerintah Yordania. Sebagai sekutu kunci AS di Timur Tengah yang memiliki perjanjian damai dengan Israel, ancaman dan tantangan yang dihadapi Yordania tentunya juga akan menjadi tantangan AS. Selain membahas bantuan AS, Obama juga meyakinkan Raja Abdullah atas dukungan penuh AS terhadap pemerintahan Yordania sekaligus memberikan pujian kepada Raja Abdullah atas usahanya yang berhasil melakukan reformasi politik. Presiden Obama juga mengirimkan perwakilan Departemen Luar Negeri AS William J. Burns dan Chairman of the Joint Chiefs of Staff Admiral Michael G. Mullen ke Yordania sebagai tangan kanan Obama di Yordania[22].
·      Strategi USAID untuk Yordania periode 2013 – 2017 dalam memperkuat demokrasi Yordania.
Selama tahun 2011, panggung politik Yordania berubah secara signifikan. Perubahan tersebut tidak lepas dari dukungan USAID. Perubahan tersebut dapat dilihat dari meningkatnya akuntabilitas pemerintah, supremasi hukum semakin kuat, kelompok kepentingan dapat beroperasi dan berpartisipasi dalam proses politik sehingga kontrol terhadap pemerintah semakin baik dan transparan[23]. Program USAID juga membantu pengembangan dan pemberdayaan partisipasi politik dengan memberikan kesadaran terhadap peran perempuan dan kelompok lain yang termarjinalkan. Namun secara umum, strategi USAID ini bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan, akuntabilitas, dan kesetaraan untuk stabilitas demokratis Yordania[24]. Hal tersebut dicapai melalui upaya pengembangan layanan publik, pemberdayaan perempuan dan kelompok yang termarjinalkan, peningkatan kapasitas gedung parlemen, Lembaga Yudisial, dan Departemen Kehakiman, akuntabilitas demokrasi yang diperkuat, dan pembangunan ekonomi yang dipercepat[25].
B.     Kebijakan Luar Negeri AS di Bidang Ekonomi
Setelah mengalami defisit yang cukup serius, Yordania juga harus menghadapi gejolak massa yang menginginkan reformasi ekonomi di samping reformasi politik. Tuntutan rakyat untuk reformasi ekonomi merupakan dampak dari permasalah ekonomi yang tidak transparan dan cenderung terprivatisasi. Hal ini memicu tanda tanya besar bagi masyarakat yang mengendus adanya kemungkinan tindakan korupsi di tubuh pemerintahan Yordania[26]. Bahkan menurut survei Transparency International’s 2009 Corruption Perceptions Index, Yordania merupakan negara dengan tingkat korupsi tertinggi ke-49 dari 180 negara[27]. Permasalahan ekonomi lainnya juga dipicu oleh tingginya angka kemiskinan di Yordania yang mencapai 30% dan diikuti dengan tingkat pengangguran yang tinggi[28]. Hal inilah yang menyebabkan pertumbuhan ekonomi Yordania menjadi lambat. Hal ini semakin dipersulit dengan keadaan alam Yordania yang tidak banyak mengandung SDA dan basis industri yang masih lemah[29]. Lemahnya tingkat pertumbuhan ekonomi menjadikan pemerintahan Yordania banyak bergantung pada negara-negara sekutunya salah satunya yaitu AS.
Pada masa pemerintahan Obama, AS melaksanakan beberapa kebijakan luar negeri di bidang ekonomi terhadap Yordania, antara lain[30] :
·      The Five-Year Aid Deal
Pada 22 Desember 2008 lalu, pemerintah AS menandatangani kesepakatan bantuan senilai US$ 660 juta kepada Yordania melalui periode 5 tahun (FY2010-FY2014). Kesepakatan tersebut mendapat persetujuan kongres dengan dukungan anggaran untuk Economic Support Funds (ESF) sebesar US$ 360 juta dan untuk Foreign Military Financing (FMF) sebesar US$ 300 juta tiap tahunnya. Selain itu, bantuan AS ke Yordania tidak dibatasi penuh sebagaimana bantuan AS untuk Irak dan Afghanistan. Pada 2014, AS kembali memperbaharui bantuan The Five-Year Aid Dealnya.   
·      USAID Program
Program USAID di Yordania merupakan bantuan ekonomi yang difokuskan pada 3 aspek, yaitu demokrasi, program air bersih, dan pendidikan. Bantuan ini diwujudkan dalam sejumlah program. Di mana dana USAID akan disalurkan untuk membangun fasilitas pendidikan, merenovasi, pengembangan sumber daya air, peningkatan kapasitas lembaga demokrasi dsb.
·      Bantuan ekonomi langsung tunai yang langsung ditransfer kepada pemerintah Yordania untuk melunasi hutang luar negerinya.
·      Food Aids
Bantuan makanan dari AS dikelola oleh Department of Agriculture (USDA). Pada masa pemerintahan Obama, bantuan pangan baru diberikan kembali oleh AS pada tahun 2011 sebesar US$ 19 juta dan US$ 17 juta pada 2012. Sedangkan pada tahun 2007 hingga 2010, AS tidak menyediakan bantuan pangan.
·      Millennium Challenge Account (MCA)
Merupakan bantuan 5 tahun dari Millenium Challenge Corporation (MCC) senilai US$ 275.1 juta pada 2010. Bantuan tersebut ditujukan untuk meningkatkan pasokan air bersih sehingga cukup untuk memasok hampir satu juta warga Yordania.
·      Loan Guarantees
Pada bulan September 2013 lalu, AS mengumumkan untuk memberikan jaminan pinjaman pertama kalinya kepada Yordania. Jaminan pinjaman tersebut diberikan sebesar US$ 120 juta oleh ESF untuk mendukung program jaminan pinjaman 7 tahun senilai US$ 1.25 milyar. Pada kunjungan Raja Abdulloh ke AS pada Februari 2014 lalu, administrasi Obama menawarkan jaminan pinjaman tambahan 5 tahun sebesar US$ 1 milyar.    
·      Possible Congressional Action on U.S. Aid to Jordan
Dukungan Kongres AS untuk Yordania tidak kurang dari US$ 360 juta di ESF dan US$ 300 juta di FMF yang akan diberikan pada tahun 2015. Dan perencanaan dana US$ 340 juta di Overseas Contingency Operations (OCO) untuk memfasilitasi keamanan di perbatasan Irak dan Suriah. Meskipun sebagian besar bantuan AS ke Yordania dikelola oleh Departemen Luar Negeri, Departemen Pertahanan AS turut mengembangkan program militer terhadap Yordania.
·      U.S.-Jordanian Trade (Free Trade Agreement)
U.S Jordanian Trade Agreement merupakan perjanjian perdagangan bebas yang sudah ditandatangani pada masa Presiden Clinton, 24 Oktober 2000. Dalam volume perdagangan AS di tahun 2012, Yordania merupakan mitra dagang AS dengan peringkat ke-73. Perjanjian perdagangan ini mempengaruhi jumlah impor dan ekspor kedua negara. Pada tahun 2012 tercatat bahwa Yordania mengekspor lebih dari satu miliar dolar barang dan jasa ke AS dan di samping itu Yordania juga mengimpor barang dari AS yang mencapai US$ 1,6 miliar.
·      Humanitarian and infrastructure assistance
AS merupakan pendonor terbesar dalam bantuan kemanusiaan untuk pengungsi Suriah yang ada di Yordania. Di mana AS menyediakan lebih dari US$ 1,7 milyar bantuan kemanusiaan dengan memberikan lebih dari US$ 268 juta untuk memenuhi kebutuhan kemanusiaan yang mendesak pengungsi Suriah di Jordan[31]. Dengan adanya bantuan kemanusiaan ini, AS dapat memotivasi negara-negara Teluk yang kaya minyak untuk meningkatkan bantuan kemanusiaan dan bantuan kepada pemerintah Yordania.
C.     Kebijakan Luar Negeri AS di  Bidang Keamanan dan Militer

·           Dari segi internal
Sebagaimana yang telah dijelaskan sebelumnya, bahwa efek spillover dari gejolak yang terjadi di negara-negara Arab yang berdekatan hubungan geografisnya dengan Yordania mendatangkan banyak pengungsi ke Yordania. Dan dikhawatirkan akan berkembang gerakan-gerakan islamis seperti di negara asal mereka. Gerakan tersebut mungkin saja meembentuk gerakan baru yang menyatu dengan gerakan islamis yang sudah ada di Yordania. Sehingganya, untuk mencegah hal tersebut, AS mendorong pemerintah Yordania untuk meningkatkan pengawasan perbatasan untuk  mencegah banjir pengungsi yang lebih besar. Selain itu, AS juga mengeluarkan kebijakan terkait counter terrorism yaitu dengan meningkatkan kerjasama intelijen. Di mana AS dan Yordania melacak evolusi ide yang berkembang di dalam kelompok-kelompok islam yang mengancam pemerintahan Yordania seperti kelompok Jordanian Muslim Brotherhood (JMB), Reformist Salafism (RS), dan ancaman the Islamic State of Iraq and the Levant (ISIL/ISIS) dengan melakukan tindakan perlawanan terhadap kebijakan ekstrimis yang mengancam. Dalam mengkounter terorisme, Presiden Obama telah mengusulkan anggaran sebesar US$ 5 milyar di kongres dalam kebijakan Counterterrorism Partnerships Fund[32].
·           Dari segi eksternal
Sejak tahun 2009, Amerika Serikat kembali membantu Jordan memodernisasi angkatan bersenjatanya. Di mana Yordania telah menerima kelebihan Alutsista AS senilai US$ 81,69 juta[33]. Bantuan ini ditujukan untuk memungkinkan militer Yordania memelihara pertahanan. Selain itu, pendanaan dari Foreign Military Financing (FMF) juga ditujukan untuk memperkuat angkatan udara Yordania dengan pesawat tempur F16 dan Advanced Medium Range Air-to-Air Missiles (AMRAAM)[34]. Pemberian bantuan militer oleh FMF juga digunakan untuk membeli helikopter Blackhawk untuk meningkatkan kemampuan pemantauan perbatasan. Hingga saat ini, Yordania merupakan penyedia personil militer tunggal terbesar untuk PBB. Selain dari FMF, Yordania juga menerima bantuan dari The Nonproliferation, bantuan anti terorrism, Demining Related Program (NADR), serta International Narcotics Control and Law Enforcement (INCICLE) dan US Military Education and Training (IMET)[35]. Selain bantuan militer, AS juga mengadakan kerjasama militer. Komisi Militer AS-Yordania sebenarnya telah didirikan sejak tahun 1974. Pada Juni 2013 lalu, tentara AS berpartisipasi dalam latihan militer di Yordania[36].


BAB III
KESIMPULAN

            Yordania merupakan sekutu kunci AS di Timur Tengah. Posisi Yordania yang diapit oleh Irak, Irael, dan Suriah menjadikan Yordania rentan akan konflik. Untuk mengatasi hal tersebut, AS harus memberikan sejumlah bantuan ke Yordania. Bantuan AS dapat dilihat dari aspek politik, ekonomi, keamanan dan militer. Beberapa bantuan tersebut antara lain Foreign Military Financing (FMF), Economic Support Funds (ESF), dan US Military Education and Training (IMET), USAID untuk Yordania periode 2013 – 2017 dalam memperkuat demokrasi Yordania, dll.


DAFTAR PUSTAKA

Barari, Hassan A. "The Limits of Political Reform in Jordan : The Role External Actosr." Friedrich Ebert Stiftung, 2013: 6-7.
Bockenfeld, Cole. The CS Monitor. Maret 14, 2013. http://www.csmonitor.com/Commentary/Opinion/2013/0314/Obama-must-push-not-just-praise-Jordan-s-efforts-at-democratic-reform (diakses 22Desember, 2014).
Hamid, Shadi, and Courtney Freer. "How Stable Is Jordan? : King Abdullah's Half-Hearted Reforms & The Challenge of The Arab Spring ." Brooking Doha Center, 2011: 1-7.
"Interview With King Abdullah II." Turkish Policy. February 2012. http://www.turkishpolicy.com (diakses 22Desember, 2014).
Iran Indonesian Radio. Oktober 22, 2011. http://indonesian.ws.irib.ir/international/timur-tengah/item/35226-Banjir_Demonstrasi_di_Yordania_Terus_Berlanjut (diakses 22Desember, 2014).
"Jordan Country Development Cooperation Strategy 2013-2017." USAID Jordan, 2012: 17-20.
Jordan, U.S. Bilateral Relations Fact Sheets:. "U.S Department of State." U.S Department of State Web site . Juli 3, 2014. http://www.state.gov/r/pa/ei/bgn/3464.htm (diakses 13Desember, 2014).
Katulis, Brian, Hardin Lang, and Mokhtar Awad. "Jordan in the Eye of the Storm : Continued U.S Support Necessary With Ongoing Regional Turmoil." Center for American Progress, 2014: 2-25.
Key Facts on Elections and Jordan’s Political Reform. Januari 2013. http://specicom.net.winweb10.ovh.net/jordan/pages/1-%20Key%20Facts%20on%20Elections%20and%20Jordan's%20Political%20Reform,%20January%202013.pdf (diakses  22Desember, 2014).
Nakamura, David. The Washington Post. Mai 28, 2014. http://www.washingtonpost.com/world/national-security/obama-wants-to-set-up-new-5-billion-counterterrorism-fund/2014/05/28/c5ee3362-e662-11e3-a86b-362fd5443d19_story.html (diakses 6Januari, 2015).
Pace, Julie. "Obama In Jordan: President Meets With King Abdullah II." The World Post. Maret 22, 2013. http://www.huffingtonpost.com/2013/03/22/obama-in-jordan_n_2933153.html (diakses  18Desember, 2014).
Ryan, Curtis R. "Jordan’s Unfinished Journey: Parliamentary Elections and the State of Reform." POMED : Project on Middle East Democracy , 2013: 4.
Sharp, Jeremy M. Jordan : Background and U.S Realtions, Congressional Research Service. Februari 2, 2011. http:/www.hsdl.org/?view&doc=138168&coll=limited (diakses 15Desember, 2014).
Transparency International. 2009. http://www.transparency.org/research/cpi/cpi_2009/0/ (diakses 6 Januari,  2015).
Wheaton, Sarah, and Mark Landler. "Syria Is Expected to Be Main Topic as Obama Meets With King of Jordan." The New York Times, 2014: A8.







[1] Jordan, U.S. Bilateral Relations Fact Sheets:. “U.S Department of State.” U.S Department of State Web site . 3 Juli 2014. http://www.state.gov/r/pa/ei/bgn/3464.htm (diakses Desember 13, 2014).
[2] Ibid.
[3] Sharp, Jeffrey M. Jordan : Background and U.S Realtions, Congressional Research Service. 2 Februari 2011. http:/www.hsdl.org/?view&doc=138168&coll=limited (diakses Desember 15, 2014).
[4] Wheaton, Sarah, dan Mark Landler. “Syria Is Expected to Be Main Topic as Obama Meets With King of Jordan.” The New York Times, 2014: A8.
[5] Hamid, Shadi, dan Courtney Freer. “How Stable Is Jordan? : King Abdullah's Half-Hearted Reforms & The Challenge of The Arab Spring .” Brooking Doha Center, 2011: 1-7.
[6] Ibid.
[7] Katulis, Brian, Hardin Lang, dan Mokhtar Awad. “Jordan in the Eye of the Storm : Continued U.S Support Necessary With Ongoing Regional Turmoil.” Center for American Progress, 2014: 2-25.
[8] Pace, Julie. “Obama In Jordan: President Meets With King Abdullah II.” The World Post. 22 Maret 2013. http://www.huffingtonpost.com/2013/03/22/obama-in-jordan_n_2933153.html (diakses Desember 18, 2014).
[9] Ibid.
[10] Barari, Hassan A. “The Limits of Political Reform in Jordan : The Role External Actosr.” Friedrich Ebert Stiftung, 2013: 6-7.
[11] Ibid.
[12] Ibid.
[13] Hamid, Shadi., Freer, Courtnet, Opcit. h. 1-2. 
[14] Iran Indonesian Radio. 22 Oktober 2011. http://indonesian.ws.irib.ir/international/timur-tengah/item/35226-Banjir_Demonstrasi_di_Yordania_Terus_Berlanjut (diakses Desember 22, 2014).
[15]Log.Cit
[16] Bockenfeld, Cole. The CS Monitor. 14 Maret 2013. http://www.csmonitor.com/Commentary/Opinion/2013/0314/Obama-must-push-not-just-praise-Jordan-s-efforts-at-democratic-reform (diakses Desember 22, 2014).
[17] Log.Cit
[18] “Interview With King Abdullah II.” Turkish Policy. February 2012. http://www.turkishpolicy.com (diakses Desember 22, 2014).
[19] Log. Cit
[20] Key Facts on Elections and Jordan’s Political Reform. Januari 2013. http://specicom.net.winweb10.ovh.net/jordan/pages/1%20Key%20Facts%20on%20Elections%20and%20Jordan's%20Political%20Reform,%20January%202013.pdf (diakses Desember 22, 2014).
[21] Log. Cit
[22] Ibid.
[23]Jordan Country Development Cooperation Strategy 2013-2017.” USAID Jordan, 2012: 17-20.
[24] Ibid.
[25] Ibid.
[26] Ryan, Curtis R. "Jordan’s Unfinished Journey: Parliamentary Elections and the State of Reform." POMED : Project on Middle East Democracy , 2013: 4.
[27] Transparency International. 2009. http://www.transparency.org/research/cpi/cpi_2009/0/ (diakses 6 Januari, 2015).
[28] Sharp, M. Jeremy. Op. Cit.h.9-15.
[29] Ibid.
[30] Ibid.
[31] Katulis, Lang dan Awad 2014, Op.Cit. h. 20-21.
[32] Nakamura, David. The Washington Post. Mai 28, 2014. http://www.washingtonpost.com/world/national-security/obama-wants-to-set-up-new-5-billion-counterterrorism-fund/2014/05/28/c5ee3362-e662-11e3-a86b-362fd5443d19_story.html (diakses 6 Januari, 2015)

[33] Sharp, M Jeremy, Op.Cit. h. 13.
[34] Ibid.
[35] Ibid.
[36] Ibid.

  • Share:

You Might Also Like

0 comments