African Perceptions of the European Union: Assessing the Work of the EU in the Field of Democracy Promotion and Peacekeeping By. Lorenzo Fioramonti (2009)
By Meisarah Marsa, S.Sos - Juli 06, 2015
Reviewed by : Meisarah Marsa
Hubungan Uni Eropa dan Afrika dalam beberapa tahun terakhir telah mengalami peningkatan secara signifikan terutama dalam bidang ekonomi dan politik. Uni Eropa umumnya, dipandang oleh Afrika secara umum sebagai pemain internasioanl yang progresif di bidang perdamaian dan promosi demokrasi. Tulisan yang dirangkai oleh Lorenzo Fioramonti ini menjelaskan lebih lanjut tentang gambaran hubungan Uni Eropa dan Afrika terutama dalam aspek ekonomi dan politik, persepsi masyarakat Afrika terhadap Eropa. Dalam tulisan Fioramonti juga dimuat gambaran umum dari survey opini publik, wawancara, dan ulasan media dalam analisa dua kasus yaitu di Kenya dan Afrika Selatan pada tahun 207 dan 2008.
Pada tahun 2000, perjanjian Cotonou telah
menggantikan perjanjian preferensial sebelumnya dalam konvensi Lome sejak tahun
1970an. Sedangkan untuk hubungan politik ekonomi telah dipengaruhi oleh
pembentukan Uni Afrika (AU) pada tahun 2002 yang dapat memudahkan interaksi
dalam bidang pembangunan lembaga, promosi demokrasi dan perlindungan HAM. Dan
sejak tahun 2003, Uni Eropa telah meluncurkan serangkaian misi perdamaian di
bawah naungan European
Security and Defence Policy
(ESDP). Sebagian besar misi ini ditargetkan untuk Afrika.
Pada tahun 2007, Uni Eropa kemudian mengembangkan
negosiasi yang lebih intensif dengan masing-masing negara di Sub Sahara Afrika
dengan maksud mengadopsi EPA. Namun, pada proses negosiasi tersebut terjadi
ketidaksepakatan di mana hanya sebagian negara Afrika saja yang menandatangani
perjanjian dengan Uni Eropa. Perjanjian EPA menimbulkan kontroversi terkait
apakah perjanjian dapat merugikan karena efek liberalisasi perdagangan. Namun,
dampak negatif ini bisa saja dihindari melalui upaya integrasi regional di
Afrika. Selain itu, intitusi militer juga dibentuk untuk mencegah konflik dan
melindungI HAM. Uni Eropa juga telah mengingkatkan alokasi keuangan dalam upaya
peningkatan perdamaian di Afrika. Hal ini menandakan peningkatan hubungan
politik, ekonomi, dan diplomatik antara Uni Eropa dan Afrika. Namun, relevansi kinerja
Uni Eropa terhadap Afrika juga tidak lepas dari perdebatan.
Opini publik Afrika yang semakin menyadari
keterbatasan Uni Eropa dalam menghadapi penjagaan perdamaian, memberikan
bantuan demokrasi, dan hak asasi manusia. Sebagaimana yang disampaikan oleh
aktivis Afrika Selatan, Kumi Naidoo. Selain itu, dilihat dari ruang lingkupnya,
peran yang dimainkan oleh Uni Eropa sangat jelas berbeda antara di Kenya dan
Afrika Selatan. Di Kenya, peran Uni Eropa di bidang perdamaian dan demokrasi
lebih ditonjolkan berbeda denga wilayah Afrika Selatan di mana peran Uni Eropa
tidak terlalu terlihat dalam aspek demokrasi dan perdamaian melainkan melalui
ekonomi. Afrika Selatan sebagai kekuatan ekonomi dan politik besar di Afrika
dengan kelembagaan yang kuat menjadikan peran Uni Eropa tidak begitu terlihat. Namun, pada tingkat AU, peran politik dari
Uni Eropa dihargai meskipun terdapat kontroversi berkenaan dengan persyaratan
politk dan sanksi.
Peran Uni Eropa dalam KTT Afrika terlihat lebih
seimbang dengan peran aktor eksternal lainnya. Atau dengan kata lain, peran Uni
Eropa secara tidak langsung mulai berkurang dengan adanya keterikatan aktor
eksternal lain dengan Afrika seperti China dan India. Selain itu, kegagalan
negosiasi EPA juga turut mempengauhi kredibilitas jangka panjang promosi
perdamaian Uni Eropa dan demokrasi. Hal ini dengan jelas telah mengikis peran
Uni Eropa di Afrika. Faktor lainnya yang turut mengikis peran Uni Eropa yaitu
perdagangan intra Afrika dan kerjasama Selatan-Selatan yang dimafaatkan oleh
para pemimpin Afrika untuk mengamankan perdagangan.
Dalam realisasinya,
hubungan Uni Eropa dan Afrika semakin sulit dikarenakan beberapa faktor. Salah
satunya adalah akibat kegagalan Perjanjian Kemitraan Ekonomi yang dapat mempengaruhi
hubungan Uni Eropa dan Afrika dalam jangka panjang. Beberapa faktor lainnya
adalah adanya saingan Uni Eropa seperti China yang juga mengupayakan kerjasama
namun, tidak begitu memmentingkan persyaratan politik seperti Uni Eropa. Dalam
bantuan yang diberikan oleh Uni Eropa, persyaratan politik seperti penerapan
Hak Asasi Manusia dan demokrasi juga termasuk dalam perjanjian perdagangan. Hal
ini menjadi bahan perdebatan oleh pemerintah Afrika terutama bagi mereka yang
menginginkan perjanjian tanpa syarat sepertihalnya penawaran oleh China. Secara
tidak langsung hal ini telah menciptakan persaingan antara Uni Eropa dan China.
Untuk dapat memberikan
pengaruhnya di Afrika, Uni Eropa harus memperkuat konsistensi antara
perdagangan dan demokrasi dengan melakukan upaya promosi yang jauh lebih baik
dan juga mempromosikan integrasi daerah antar negara-negara yang memiliki
catatan demokrasi yang baik. Namun akan lebih baik jika dukungan demokrasi dan
tata pemerintahan yang diupayakan oleh Uni Eropa tidak diikuti dengan sanksi
atau persyaratan. Beberapa rekomendasi kebijakan untuk Uni Eropa yang
dipaparkan oleh Fioramonti dalam tulisannya antara lain :
- Memperkuat kerjasama dengan lembaga – lembaga Afrika dan negara – negara dalam penyelesaian konflik dan perdamaian
- Meningkatkan fokus pada langkah – langkah positif seperti bantuan demokrasi dan mekanisme lainnya
- Mendukung proses integrasi regional antar negara – negara dengan track record demokrasi terbaik dalam rangka memperkuat ekonomi dan tujuan – tujuan pembangunan
- Membangun kemitraan untuk kemajuan demokrasi dengan aktor eksternal seperti Amerika Serikat dan China