Changing Role of Islam in IRs

By Meisarah Marsa, S.Sos - Oktober 25, 2014


            Tulisan yang ditulis oleh Reza Sinbar ini menuturkan tentang gerakan Islam dan dampaknya secara global. Dalam makalahnya juga dijelaskan hubungan antara pemerintahan muslim dan non muslim.

1.      CURRENT SITUATION OF MUSLIMS IN THE WORLD
            Pada abad ke-21, hampir satu dari lima manusia adalah seorang Muslim. Kehadiran demografi baru Islam dalam dunia barat merupakan indikasi bahwa Islam menjadi kekuatan globalisasi besar saat ini. Di Eropa secara keseluruhan terdapat 20 juta Muslim, delapan juta di antaranya berada di Eropa Barat. Jumlah ini belum termasuk umat Islam Turki yang jumlahnya sekitar 50 juta jiwa.
Selain Islamisasi demografi di dunia Barat, sekarang terdapat lebih dari seribu masjid dan asosiasi Islam di Amerika Serikat. Setelah runtuhnya Uni Soviet, lima negara Asia Tengah termasuk Kazakhstan, Kyrgyzstan, Uzbekistan, Turkimenistan dan Tajikistan menjadikan Islam sebagai agama resmi yang dominan.
Islam memiliki loyalitas pengikut yang menaati firman Allah (Al-Qur’an).  Islam tidak memainkan peran dalam hubungan internasional. Tapi kontribusi Islam terhadap politik tidak 'independen'. Di mana Islam dapat menjadi resolusi dari masalah duniawi dan universal seperti keadilan sosial, legitimasi politik, dan pertahanan tanah air.

2.      VARIOUS VIEW ON ISLAMIC POLITICS AND THE RELATIONS BETWEEN ISLAM AND THE WEST
Islam dipahami sebagai agama yang komprehensif dan tidak mengakui pemisahan agama dari politik. Terdapat tiga opsi yang memungkinkan hubungan antar-negara dalam Islam yaitu: perang, perdamaian atau netralitas. Dari ketiga opsi tersebut, perdamaian merupakan landasan utama hubungan dengan non-muslim. Politik merupakan bagian tidak terpisahkan dari Islam. Sehingganya, umat Islam bertanggung jawab untuk menerapkan Islam dalam politik atau berpartisipasi di dalamnya sesuai dengan prinsip-prinsip Islam. Di sisi lain, hal ini dapat membantu umat muslim untuk melaksanakan tugasnya sebagai khalifah.
Untuk memahami hubungan internasional antara pemerintahan Muslim dengan non-Muslim, perlu kita pahami dasar hubungan pada tingkat individu antara Muslim dan non-Muslim. Karena menurut pandangan Islam, hubungan internasional hanya sebagai perpanjangan dari hubungan individu.
Terminologi yang digunakan untuk menggambarkan institusi politik Muslim adalah Dar Al-Islam (tanah Islam) atau ad-Daulah Al-Islamiyah (negara Islam). Selain itu, ada dua pandangan tentang makna Dar Al-Islam dan Dar Al-Harb. Salah satu pandangan menyatakan bahwa tanah Islam harus dikuasai oleh umat Islam dan sistem pemerintahan Islam diterapkan. Pandangan lain menekankan pada masalah apakah Muslim dalam keadaan aman atau tidak.

3.      ISLAMIC TRADITIONAL VIOLENT VIEW
 Ada dua pandangan besar pada masalah ini. Salah satu pandangan menyatakan bahwa jihad bersenjata adalah satu-satunya jenis hubungan yang dapat terjadi antara Muslim dan non-Muslim. Menurut pihak yang mendukung pandangan ini menyatakan bahwa jihad bersenjata merupakan kewajiban sampai akhir dunia dan tujuannya adalah untuk melawan orang-orang kafir. Jihad bersenjata harus dilakukan sampai semua lahan dibebaskan dari orang-orang kafir dan ketika semua orang-orang kafir tunduk pada aturan Islam.
Untuk mendukung pandangan ini, para muslim radikal pada zaman sekarang sering menghidupkan kembali pengalaman sejarah perang selama Perang Salib, kolonialisme, penganiayaan terhadap Muslim Palestina oleh Israel di bawah kepemimpinan Amerika Serikat, dan baru-baru ini terdapat serangan terhadap Afghanistan dan Irak oleh pasukan koalisi.   Pandangan ini mengusulkan ide perang abadi antara Muslim dan non-Muslim yang hanya akan berhenti atau berakhir ketika semua non-Muslim memeluk Islam, jatuh di bawah kekuasaan bangsa Muslim atau melakukan perjanjian damai dengan umat Islam.

4.      ISLAMIC TRADITIONAL PEACEFUL VIEW
Pandangan lain juga mengatakan bahwa perdamaian dan harmoni adalah dasar untuk hubungan, bukan perang.  Pendukung pandangan kedua berpendapat bahwa tujuan jihad bersenjata bukan untuk melawan non-Muslim karena perbedaan kepercayaan, tetapi untuk menegakkan keadilan dan memberantas penindasan. Dan jihad bersenjata dalam Islam hanya dapat dilancarkan terhadap mereka yang mengobarkan perang (Quran, 22:39, 40, 2: 193, 4: 7, 2: 194, dan 2: 190).
Seperti agama-agama besar lainnya, esensi Islam adalah Damai, cinta, kasih dan sayang (Al-Quran, 21: 107). Islam melarang kekerasan dan penumpahan darah manusia. Perang tidak dapat digunakan untuk mengalahkan non-Muslim untuk kepentingan Islam. Dalam Islam, tidak ada paksaan dalam agama (Al-Quran, 2:.. 256, 10:99) Keanekaragaman dan perbedaan iman adalah bagian dari ciptaan Tuhan. Hal ini terealisasi dalam aktivitas diplomasi PBB yang menggalakkan hubungan damai di dunia internasional.
.
5.      TOLERANT PERSPECTIVE
Islam adalah agama damai. Berdasarkan namanya yang berasal dari kata "salm" atau "silm" yang berarti "perdamaian dan keamanan". Selain itu, umat Islam diperintahkan untuk menyampaikan salam kepada orang lain dengan ucapan "Assalamualaikum", yang berarti "damai untuk Anda". Quran lebih menyukai perdamaian daripada konflik. Muslim diperintahkan untuk merangkul keragaman dan, dengan demikian, toleransi untuk keragaman menjadi ajaran fundamental Islam. Hal ini kemudian diwujudkan melalui perintah Islam untuk menghormati agama lain dan tidak mencampuri urusan agama lain, (Al-Quran, 1091: 1-6).

6.      ISLAM AND THE WEST IN INTERNATIONAL INTERACTION: THREE DIFFERENT IDEAS
Terdapat Tiga ide dominan dalam mendefinisikan relasi Islam dan Barat. 
1.      Ide konfrontasi, di mana Barat dan Muslim berbagi beberapa nilai-nilai bersama, dan terperangkap oleh "benturan peradaban".
2.      Ide kompatibiliti, hubungan antara dunia Islam dan Barat merupakan hasil tragis yang tidak terhindarkan dari proses sejarah yang kompleks. Islam berbagi warisan budaya yang signifikan dengan Barat. 
3.      Ide komplementer, ide ini berusaha untuk menciptakan kerangka baru untuk memahami bagaimana hubungan Islam dan Barat yang mungkin dapat hidup berdampingan secara damai tanpa menyangkal kekhasan sejarah dan budaya masing-masing.

            Untuk menjawab permasalaha mengenai terorisme, Barat, dan Amerika Serikat, kita harus memahami bagaimana latar belakang kebijakan dunia Islam dalam perkembangan globalisasi saat ini. Untuk mencapai keamanan manusia di dunia, masyarakat internasional perlu kebijakan didasarkan pada empati budaya, multilateralisme, dan konsensus yang luas tentang kepentingan, nilai-nilai, dan harapan bersama dalam mencapai perdamaian komunitas internasional.

  • Share:

You Might Also Like

0 comments