The Organization Of The Islamic Conference: Sharing An Illusion

By Meisarah Marsa, S.Sos - Oktober 25, 2014





            Organisasi Konferensi Islam (OKI) merupakan sebuah organisasi yang didirikan untuk menyatukan dan melindungi kepentingan umat Islam di dunia. Di mana terdapat lebih kurang 57 negara mayoritas dan minoritas Muslim tergabung di dalam OKI. OKI lebih dipandang sebagai sarana konferensi Muslim di dunia daripada sebuah badan politik yang dinamis. Salah satu latar belakang berdirinya OKI adalah untuk sentralitas Palestina sebagaimana yang termaktub dalam piagam organisasi. Namun OKI dinilai gagal dalam melakukan diplomasi perubahan sentralitas Palestina, karena sampai saat ini Israel terus meningkatkan defense barriernya. Situasi ini disesalkan oleh wakil-wakil Palestina di KTT sepanjang tahun 2003 dan 2004. Tulisan Shahram Akbarzadeh dan Kylie Connor ini lebih mengeksplor latar belakang sejarah OKI serta menjelaskan keterbatasan dan potensi OKI secara internal dan eksternal.

            OKI didirikan di Maroko pada tahun 1969 sebagai respon atas pembakaran Masjid Al-Aqsha di Yerussalem. Sejak awal, OKI telah difokuskan untuk sentimen anti-Israel. Di mana pembakaran Palestina dianggap sebagai bukti determinasi Israel untuk menghancurkan situs suci umat Islam.

OKI menekankan aspek universalitas untuk mewujudkan kesatuan umat Muslim di dunia sebagai inviolability of state sovereignity, namun hal ini sangat bertentangan dengan konsep negara bangsa dalam dunia internasional saat ini. Hal ini lah yang kemudian menjadi hambatan terbesar bagi OKI. Selain itu, keragaman sejarah, budaya, politik dan ekonomi dari dunia Muslim juga menimbulkan tantangan pada kesesuaian politik. Sehingganya, tidak mengherankan bahwa OKI di masa lalu menjadi arena untuk kompetisi antara Iran dan Arab Saudi. Di mana kedua negara tersebut memiliki national interest dan aspirasi kepemimpinan yang kuat di dunia muslim. Di satu sisi, Iran berupaya untuk mendorong revolusi Islam dalam dinamika OKI. Dan di sisi lain, Arab Saudi berusaha menangkal daya tarik pan-Arabisme dan memasukkan unsur tersebut dalam OKI. Sejarah mencatat bahwa telah terjadi kegagalan gerakan pan Arabisme di tahun 1950 dan 1960an. Tentunya hal ini tidak akan jauh berbeda dengan perkembangan pan Islamisme. Sederhananya, gerakan revolusi islam yang digemborkan oleh Iran akan sangat bertentagan dengan upaya Arab Saudi dalam menangkal pan Arabisme.
    
Mohammed Ayoob membenarkan konsep berdirinya OKI sebagai suatu bentuk refleksi dari kolektifitas umat Islam yang tidak mampu melawana Barat. Dan pada faktanya, OKI masih menempuh kegagalan dalam bertindak sebagai forum untuk mediasi dan resolusi konflik. Kegagalan tersebut semakin diperkuat dengan adanya krisis di Timur Tengah. Di mana pada tahun 1980-1988 terjadi perang Iran-Irak, kemudian diikuti dengan invasi Irak ke Kuwait tahun 1990-1991 dan invasi Irak tahun 2003 oleh AS.

  • Share:

You Might Also Like

0 comments