Nama : Meisarah Marsa
Jurusan : HI
1. Apakah anda
menganggap penguasaan sains sebagai perintah agama ? Terangkan pendirian anda
dengan menunjuk pada 2 (dua) ayat al-Qur’an. Tulislah kedua ayat tersebut,
artikan dan berikan komentar anda bagaimana sains dan teknologi itu dapat
dikembangkan.
Ya,
penguasaan sains merupakan perintah agama. Karena, di dalam Islam (Al-Qur’an)
terdapat konsep ‘ilm yang berhubungan dengan pengembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi. Yang mana terdapat kata-kata yang merujuk pada konsep ‘ilm tersebut
seperti افلا تعقلون, افلا يتذكرون, افلا ينظرون
dan lainnya yang disebutkan lebih kurang 800 kali. Sebagaimana firman
Allah SWT dalam surat Al-Baqarah ayat 164 :
Yang
artinya “Sesungguhnya pada
penciptaan langit dan bumi, pergantian malam dan siang, kapal yang berlayar di
laut dengan (muatan) yang bermanfaat bagi manusia, dan apa yang Allah turunkan
dari langit berupa air, lalu dengan air itu Dia hidupkan bumi sesudah mati
(kering)-nya dan Dia sebarkan di bumi itu segala jenis hewan, dan perkisaran
angin dan awan yang dikendalikan antara langit dan bumi, sungguh (terdapat)
tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi orang-orang yang memikirkan”.
Berdasarkan ayat di atas dapat kita
ketahui bahwa Allah menciptakan
bumi beserta isinya (alam) yang ditinggali oleh manusia untuk dimanfaatkan dan
dipelajari oleh manusia. Sehingga, ketika manusia mentadaburi dan mempelajari
alam yang merupakan ayat kauniyah Allah, maka manusia akan menyadari dan
mansyukuri nikmat dan karunia yang telah Allah SWT berikan. Berdasarkan konsep
tersebut, jelaslah bahwa seluruh kegiatan penguasaan sains dan teknologi
berujung pada pengabdian kepada Allah SWT.
Sains
dan teknologi merupakan penunjang kebutuhan manusia, sehingga keberadaannya
perlu untuk dikembangkan. Namun, jika perkembangan sains dan teknologi itu
tidak dilandasi dengan agama, maka hal itu akan menjadi sia-sia, sehingga
mengakibatkan terjadinya kerusakan di muka bumi. Padahal sesungguhnya, Allah
SWT telah menunjuk manusia sebagai khalifah di muka bumi. Sebagai khalifah,
hendaknya manusia menjaga, merawat alam dan menjauhkannya dari kerusakan.
Sebagaimana firman Allah SWT dalam surat Al-An’am ayat 65 :
Yang
artinya, “Dan Dia-lah yang menjadikan kamu penguasa-penguasa di bumi dan
meninggikan sebagian dari kamu atas sebagian yang lain beberapa tingkat, untuk
mengujimu atas apa yang telah diberikanNya kepadamu.
Dari
ayat tersebut jelaslah bahwa manusia dijadikan sebagai penguasa di bumi yang
harus bertanggung jawab dalam menjaga dan mengelola alam. Oleh karena itu, untuk
dapat menjaga alam dengan baik, manusia harus memiliki ilmu dan pemahaman.
Dengan
ilmu, manusia dapat mengembangkan teknologi yang akan membantu mempermudah
manusia dalam mengontrol dan menjaga alam. Selain itu, manusia juga harus dapat
memahami ayat-ayat kauniyah maupun qauliyah yang berkaitan dengan alam semesta.
Untuk dapat memahami ayat-ayat tersebut dan untuk mengembangkan sains dan
teknologi, diperlukan observasi guna meneliti alam dengan melakukan rangkaian
proses yaitu mengukur, menganalisis data pengukuran (hasil observasi) yang kemudian
ditarik suatu kesimpulan dari hasil proses tersebut yang kemudian disusun dalam
sebuah karya yang berbentuk tulisan yang dikaji oleh para ilmuwan dan kemudian
dikembangkan menjadi sebuah teknologi yang dapat membantu manusia dalam mengelola
alam.
2.
Teologi di dalam Islam dimulai
dari peristiwa peperangan antara khalifah Ali bin Abi Thalib dan Gubernur
Damaskus, Mu’awiyah bin Abi Sofyan. Pada sa’at itu tentara Mu’awiyah sudah
terdesak kalah, akan tetapi diakhiri dengan peristiwa tahkim yang mengakibatkan
kekalahan di kubu Ali bin Abi Thalib. Dalam pada itu dari barisan Ali bin Abi
Thalib terdapat kelompok yang tidak puas atas kebijakan Ali yang menyetujui
tahkim, kelompok tersebut dinamakan khawarij. Anda diminta untuk menceritakan peristiwa tersebut sehingga melahirkan
teologi di dalam Islam. Jelaskan pula pengertian dan ajaran pokok
al-khawarij. Berikan komentar anda.
Awal
munculnya teologi dalam islam bermula dari sebuah peristiwa yang dikenal dengan
tahkim. Setelah wafatnya khalifah Usman bin Affan, para sahabat segera menunjuk
dan meminta kesediaan Ali bin Abi Thalib sebagai khalifah selanjutnya yang
dianggap mampu untuk memperbaiki kekacauan yang terjadi di antara kaum muslimin
pasca kematian Usman. Dalam situasi yang amat sulit itu, akhirnya Ali menerima
bai’at lantaran tunduk pada prinsip musyawarah yang dijalankan oleh para
sahabat sebelumnya, sewaktu penunjukkan Usman sebagai khalifah.
Namun,
belum lama Ali memimpin telah muncul beberapa konflik yaitu, meletusnya perang
Jamal antara kubu (Aisyah ra, Thalhah, dan Zubair) dan Ali bin Abi Thalib. Yang
mana Aisyah ra (komandan pasukan) yang menuntut pengusutan pembunuhan Usman dan
dilaksanakannya qishash bagi pembunuh Usman. Riwayat yang dikemukakan oleh Ibnu
Katsir dalam al-Bidayah wa an-Nihayah
dan Ath-Thabari dalam Tarikh menyebutkan,
bahwa sebenarnya kedua pihak menginginkan perdamain. Untuk itu, Ali mengutus
Abdullah Ibnu ‘Abbas dan pihak Aisyah ra mengutus Muhammad bin Thalhah, namun adanya
intervensi dari pihak lain yang menyulut api perang diantara kedua kubu denagn
melakukan pertemuan rahasia, sehingga keduanya gagal berdamai dan terjadilah
perang Jamal (perang unta). Perang
diakhiri dengan kemenangan di pihak Ali. Dalam kasus ini sebenarnya Ali
sependapat dengan pemberlakuan hukum qishash, namun hal itu sulit untuk dilakukan
karena situasi yang belum stabil.
Pasca
perang Jamal, terdapat golongan yang masih mempertanyakan pembai’atan Ali yang
dianggap tidak sah dikarenakan tidak bersatunya kaum muslimin dalam satu
pendapat yang sah dalam memilih khalifah seperti masa sebelumnya dan tuntutan
untuk menyelesaikan secara tuntas perkara kematian Usman, dan baru sesudah itu
mereka bersedia untuk membicarakan siapa yang cocok untuk menjadi khalifah
selanjutnya. Pemimpin golongan itu tidak lain adalah Muawiyah, yang masih berhubungan
darah dengan Usman dan merupakan gubernur Damaskus pada masa pemerintahan
Usman. Tuntutan Muawiyah ini didukung oleh orang-orang Syam dengan membai’atnya
sebagai khalifah.
Sehingga,
peperangan tidak dapat dihindarkan. Ketika pihak Ali hampir memenangkan perang,
pihak Muawiyah mengangkat mushaf di ujung tombak mereka sebagai tanda gencatan
senjata yang kemudian berakhir dengan dilakukannya perundingan yang dikenal
dengan tahkim. Untuk menghindari perpecahan dan permusuhan, akhirnya kedua
belah pihak menyetujui dilakukannnya tahkim. Yang mana dari pihak Ali mengutus
Abu Musa Al-‘Asy’ari dan dari pihak Muawiyah mengutus ‘Amr bin ‘Ash. Berdasarkan
peristiwa inilah yang kemudian melahirkan teologi dalam Islam. teologi ini
tumbuh secara cepat segera sesudah diumumkannya hasil tahkim yang dimenangkan
oleh pihak Muawiyah. Riwayat yang terkenal menyebutkan siasat yang dilakukan
‘Amru seiring dengan kesepakatan mereka berdua yaitu mencopot Ali dan Muawiyah
dari kekhilafahan mereka terlebih dahulu, dan setelah itu menyerahkan persoalan
ini kepada kaum muslimin untuk memilih kembali khalifah baru. Sayangnya, ‘Amr
mempersilahkan Abu Musa untuk mengumumkan kepada semua orang terlebih dahulu,
begitu Abu Musa mencopot kekhilafahan Ali, namun ‘Amr bin ‘Ash tetap mempertahankan
Mu’awiyah sebagai khalifah.
Seketika
itu, muncul teriakan segolongan orang dalam pasukan Ali yang menolak keputusan
kedua tokoh yang bertahkim itu seraya berkata : “لا
حكم الا لله” , lalu sebagian pendukung
Ali itu berbalik menjadi orang-orang yang menentangnya. Golongan itu disebut
dengan “Khawarij”. Sebagian pendukung Ali yang lain tetap berpihak kepada Ali,
mereka yang berpihak kepada Ali di kenal dengan Syi’ah.
Berkaitan
dengan hsil tahkim, kelompok khawarij mengkafirkan Ali dan Muawiyah disebabkan
karena kedua tokoh tersebut membuat keputusan sendiri untuk mengadakan tahkim,
padahal yang pantas membuat keputusan itu hanyalah Allah SWT. Nantinya, akan
lahir kelompok-kelompok lain dari perseteruan dan ketidaksetujuan terhadap
prinsip khawarij tentang dosa besar (mengkafirkan kedua tokoh tersebut).
Pengertian
khawarij :
Menurut
bahasa, khawarij berasal dari bahasa arab خرج / يخرج yang
berarti keluar. Menurut Abul Hasan Al-‘Asy’ari, khawarij adalah mereka yang
memberontak dan keluar dari ketaatan kepada Ali tatkala mengambil kebijakan
Tahkim (arbitrase dengan pasukan Muawiyah dalam perang Siffin). Sedangkan
menurut DR. Nashir Al-Aql mengatakan bahwa khawarij adalah mereka yang
mengkafirkan para pelaku dosa besar dan memberontak terhadap pemimpin yang
lalim. Jadi, dapat disimpulkan bahwa khawarij adalah sekelompok orang yang
memberontak, membelot dan keluar dari ketaatan terhadap Ali yang merasa kecewa terhadap
Ali yang mengambil kebijakan Tahkim dalam perang Siffin. Mereka juga dijuluki
dengan Al-Haruriyah (menjadikan daerah Harura sebagai daerah mereka pada
mulanya), Asy-Syurah (karena mereka mengatakan Syarayna Anfusana fi
Tha’atillah), Al-Muhakkimah (karena slogan mereka “لا
حكم الا لله”).
Ajaran
pokok Khawarij secara umum :
a)
Orang islam yang melakukan
dosa besar adalah kafir.
b)
Orang-orang yang terlibat
dalam perang Jamal dan pelaku arbitrase termasuk yang menerima dan
membenarkannya termasuk kafir.
c)
Khalifah harus dipilih oleh
rakyat, tidak harus keturunan nabi, dan tidak harus keturunan bangsa quraisy.
Ajaran
pokok Khawarij :
a)
Khalifah atau imam harus
dipilih secara bebas oleh seluruh umat islam, tidak harus berasal dari
keturunan arab, dipilih secara permanen selama khalifah tersebut adil.
b)
Khalifah sebelum Ali adalah
sah, tetapi setelah tahun ketujuh dari masa kekhalifahannya, Usman dianggap
menyeleweng.
c)
Khalifah Ali sah, tetapi
setelah Tahkim, ia dianggap menyeleweng (kafir).
d)
Muawiyah, Amr bin ‘Ash, dan
Abu Musa Al’asy’ari juga dinggap kafir.
e)
Pasukan perang Jamal juga
kafir.
f)
Seseorang yang kafir halal
dibunuh.
g)
Adanya wa’ad dan wa’id
(orang yang baik harus masuk surga dan yang jahat masuk neraka.
h)
Memalingkan ayat-ayat
mutasyabihat.
i)
Qur’an adalah makhluk.
Menurut saya, khawarij merupakan ajaran yang ekstrim. Mereka terlalu
mudah untuk mengkafirkan seseorang, padahal yang mengetahui dan berhak apakah
orang itu kafir atau bukan adalah Allah SWT. Dan berpandangan buruk terhadap
kepemimpinan para khalifah. Mereka dengan mudah menyalahkan kepemimpinan
khalifah dan mengimpikan pemimpin yang harus sesuai dengan kriteria mereka.
Mereka merasa benar dan semua umat yang tidak sefaham dengan mereka di samakan
dengan kafir. Bahkan mereka tidak segan-segan membunuh dan menganggap darah
mereka itu halal.
Ditambah lagi
mereka yang menjelek-jelekkan sahabat. Sikap mereka itulah yang sebenarnya
telah jauh dari ajaran islam yang mengajarkan pada kebaikan dan perdamaian
tanpa kekerasan dan larangan membunuh jiwa. Seharusnya, mereka para khawarijlah
yang harusnya diperangi agar kembali ke jalan yang benar sebagaimana yang
dilakukan Abu Bakar Siddiq pada saat memberantas 3 golongan yaitu kaum murtad,
yang tidak mau membayar zakat dan nabi-nabi palsu.
6. Apa yang anda ketahui tentang: 1. Agama
sesajen, 2. Agama sakramen, 3. Agama amal sholeh?
Agama secara umum merupakan suatu sistem yang
mengatur segala sesuatu yang berhubungan dengan manusia baik keyakinannya
(aqidah), aturan hidup (syari’at), ibadah, hubungan dengan tuhan, hubungan
dengan sesama manusia, dan alam. Dalam bahasa sanskerta agama berarti tradisi, berikut
penjabarannya :
1. Agama sesajen
Agama sesajen merupakan sebuah tradisi
keyakinan (tradisi keagamaan) yang lebih cenderung untuk memberikan suatu benda
berdasarkan ketentuan atau syarat-syarat khusus sebagai sesajian yang harus
diberikan kepada tuhannya agar hidup mereka selalu diberkati dan diasumsikan
keinginan mereka (do’a yang mereka panjatkan) akan terkabul berdasarkan
sesajian atau imbalan yang mereka sajikan.
Contohnya adalah agama hindu yang menggunakan sesajian berupa makanan
agar kehidupan mereka diberkati.
2. Agama sakramen
Berbeda dengan agama sesajen, agama
sakramen lebih menitikberatkan untuk
melakukan ritual atau tata cara penyembahan kepada tuhan dengan acara sakral
atau upacara sakral agar hidup mereka selalu diberkati dan diasumsikan keinginan
mereka (do’a yang mereka panjatkan) akan dikabulkan berdasarkan ritual yang
mereka lakukan. Contohnya agama kristen yang melakukan misa natal dengan paus
sebagai perantara dengan tuhan dan upacara kenaikan yesus kristus.
3. Agama amal sholeh
Sedangkan agama amal sholeh lebih
cenderung melakukan amalan-amalan yang baik agar dibalas oleh tuhan dan agar
hidup mereka diberkati dan mendapat balasan kebaikan sesuai dengan amalan yang
mereka lakukan. Contohnya adalah agama Islam yanag mana kaum muslimin atau umat
Islam melakukan kebajikan dan amal sholeh agar mendapat ridho Allah SWT dan
agar mendapat balasan kebaikan sesuai dengan amal yang mereka kerjakan.