Sains dan Teknologi dalam Pandangan Islam

By Meisarah Marsa, S.Sos - April 30, 2013



Nama               :  Meisarah Marsa                               
Jurusan            :  HI                                                     


1.      Apakah anda menganggap penguasaan sains sebagai perintah agama ? Terangkan pendirian anda dengan menunjuk pada 2 (dua) ayat al-Qur’an. Tulislah kedua ayat tersebut, artikan dan berikan komentar anda bagaimana sains dan teknologi itu dapat dikembangkan.

Ya, penguasaan sains merupakan perintah agama. Karena, di dalam Islam (Al-Qur’an) terdapat konsep ‘ilm yang berhubungan dengan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Yang mana terdapat kata-kata yang merujuk pada konsep ‘ilm tersebut seperti افلا تعقلون, افلا يتذكرونافلا ينظرون dan lainnya yang disebutkan lebih kurang 800 kali. Sebagaimana firman Allah SWT dalam surat Al-Baqarah ayat 164 :
http://www.dudung.net/images/quran/2/2_164.png
Yang artinya “Sesungguhnya pada penciptaan langit dan bumi, pergantian malam dan siang, kapal yang berlayar di laut dengan (muatan) yang bermanfaat bagi manusia, dan apa yang Allah turunkan dari langit berupa air, lalu dengan air itu Dia hidupkan bumi sesudah mati (kering)-nya dan Dia sebarkan di bumi itu segala jenis hewan, dan perkisaran angin dan awan yang dikendalikan antara langit dan bumi, sungguh (terdapat) tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi orang-orang yang memikirkan”.

Berdasarkan ayat di atas dapat kita ketahui bahwa  Allah menciptakan bumi beserta isinya (alam) yang ditinggali oleh manusia untuk dimanfaatkan dan dipelajari oleh manusia. Sehingga, ketika manusia mentadaburi dan mempelajari alam yang merupakan ayat kauniyah Allah, maka manusia akan menyadari dan mansyukuri nikmat dan karunia yang telah Allah SWT berikan. Berdasarkan konsep tersebut, jelaslah bahwa seluruh kegiatan penguasaan sains dan teknologi berujung pada pengabdian kepada Allah SWT.
Sains dan teknologi merupakan penunjang kebutuhan manusia, sehingga keberadaannya perlu untuk dikembangkan. Namun, jika perkembangan sains dan teknologi itu tidak dilandasi dengan agama, maka hal itu akan menjadi sia-sia, sehingga mengakibatkan terjadinya kerusakan di muka bumi. Padahal sesungguhnya, Allah SWT telah menunjuk manusia sebagai khalifah di muka bumi. Sebagai khalifah, hendaknya manusia menjaga, merawat alam dan menjauhkannya dari kerusakan. Sebagaimana firman Allah SWT dalam surat Al-An’am ayat 65 :
http://www.dudung.net/images/quran/6/6_65.png

Yang artinya, “Dan Dia-lah yang menjadikan kamu penguasa-penguasa di bumi dan meninggikan sebagian dari kamu atas sebagian yang lain beberapa tingkat, untuk mengujimu atas apa yang telah diberikanNya kepadamu.

Dari ayat tersebut jelaslah bahwa manusia dijadikan sebagai penguasa di bumi yang harus bertanggung jawab dalam menjaga dan mengelola alam. Oleh karena itu, untuk dapat menjaga alam dengan baik, manusia harus memiliki ilmu dan pemahaman.
Dengan ilmu, manusia dapat mengembangkan teknologi yang akan membantu mempermudah manusia dalam mengontrol dan menjaga alam. Selain itu, manusia juga harus dapat memahami ayat-ayat kauniyah maupun qauliyah yang berkaitan dengan alam semesta. Untuk dapat memahami ayat-ayat tersebut dan untuk mengembangkan sains dan teknologi, diperlukan observasi guna meneliti alam dengan melakukan rangkaian proses yaitu mengukur, menganalisis data pengukuran (hasil observasi) yang kemudian ditarik suatu kesimpulan dari hasil proses tersebut yang kemudian disusun dalam sebuah karya yang berbentuk tulisan yang dikaji oleh para ilmuwan dan kemudian dikembangkan menjadi sebuah teknologi yang dapat membantu manusia dalam mengelola alam.

2.      Teologi di dalam Islam dimulai dari peristiwa peperangan antara khalifah Ali bin Abi Thalib dan Gubernur Damaskus, Mu’awiyah bin Abi Sofyan. Pada sa’at itu tentara Mu’awiyah sudah terdesak kalah, akan tetapi diakhiri dengan peristiwa tahkim yang mengakibatkan kekalahan di kubu Ali bin Abi Thalib. Dalam pada itu dari barisan Ali bin Abi Thalib terdapat kelompok yang tidak puas atas kebijakan Ali yang menyetujui tahkim, kelompok tersebut dinamakan khawarij. Anda diminta untuk menceritakan peristiwa tersebut sehingga melahirkan teologi di dalam Islam. Jelaskan pula pengertian dan ajaran pokok al-khawarij. Berikan komentar anda.

Awal munculnya teologi dalam islam bermula dari sebuah peristiwa yang dikenal dengan tahkim. Setelah wafatnya khalifah Usman bin Affan, para sahabat segera menunjuk dan meminta kesediaan Ali bin Abi Thalib sebagai khalifah selanjutnya yang dianggap mampu untuk memperbaiki kekacauan yang terjadi di antara kaum muslimin pasca kematian Usman. Dalam situasi yang amat sulit itu, akhirnya Ali menerima bai’at lantaran tunduk pada prinsip musyawarah yang dijalankan oleh para sahabat sebelumnya, sewaktu penunjukkan Usman sebagai khalifah.
Namun, belum lama Ali memimpin telah muncul beberapa konflik yaitu, meletusnya perang Jamal antara kubu (Aisyah ra, Thalhah, dan Zubair) dan Ali bin Abi Thalib. Yang mana Aisyah ra (komandan pasukan) yang menuntut pengusutan pembunuhan Usman dan dilaksanakannya qishash bagi pembunuh Usman. Riwayat yang dikemukakan oleh Ibnu Katsir dalam al-Bidayah wa an-Nihayah dan Ath-Thabari dalam Tarikh menyebutkan, bahwa sebenarnya kedua pihak menginginkan perdamain. Untuk itu, Ali mengutus Abdullah Ibnu ‘Abbas dan pihak Aisyah ra mengutus Muhammad bin Thalhah, namun adanya intervensi dari pihak lain yang menyulut api perang diantara kedua kubu denagn melakukan pertemuan rahasia, sehingga keduanya gagal berdamai dan terjadilah perang Jamal (perang unta).  Perang diakhiri dengan kemenangan di pihak Ali. Dalam kasus ini sebenarnya Ali sependapat dengan pemberlakuan hukum qishash, namun hal itu sulit untuk dilakukan karena situasi yang belum stabil.
Pasca perang Jamal, terdapat golongan yang masih mempertanyakan pembai’atan Ali yang dianggap tidak sah dikarenakan tidak bersatunya kaum muslimin dalam satu pendapat yang sah dalam memilih khalifah seperti masa sebelumnya dan tuntutan untuk menyelesaikan secara tuntas perkara kematian Usman, dan baru sesudah itu mereka bersedia untuk membicarakan siapa yang cocok untuk menjadi khalifah selanjutnya. Pemimpin golongan itu tidak lain adalah Muawiyah, yang masih berhubungan darah dengan Usman dan merupakan gubernur Damaskus pada masa pemerintahan Usman. Tuntutan Muawiyah ini didukung oleh orang-orang Syam dengan membai’atnya sebagai khalifah.
Sehingga, peperangan tidak dapat dihindarkan. Ketika pihak Ali hampir memenangkan perang, pihak Muawiyah mengangkat mushaf di ujung tombak mereka sebagai tanda gencatan senjata yang kemudian berakhir dengan dilakukannya perundingan yang dikenal dengan tahkim. Untuk menghindari perpecahan dan permusuhan, akhirnya kedua belah pihak menyetujui dilakukannnya tahkim. Yang mana dari pihak Ali mengutus Abu Musa Al-‘Asy’ari dan dari pihak Muawiyah mengutus ‘Amr bin ‘Ash. Berdasarkan peristiwa inilah yang kemudian melahirkan teologi dalam Islam. teologi ini tumbuh secara cepat segera sesudah diumumkannya hasil tahkim yang dimenangkan oleh pihak Muawiyah. Riwayat yang terkenal menyebutkan siasat yang dilakukan ‘Amru seiring dengan kesepakatan mereka berdua yaitu mencopot Ali dan Muawiyah dari kekhilafahan mereka terlebih dahulu, dan setelah itu menyerahkan persoalan ini kepada kaum muslimin untuk memilih kembali khalifah baru. Sayangnya, ‘Amr mempersilahkan Abu Musa untuk mengumumkan kepada semua orang terlebih dahulu, begitu Abu Musa mencopot kekhilafahan Ali, namun ‘Amr bin ‘Ash tetap mempertahankan Mu’awiyah sebagai khalifah.
Seketika itu, muncul teriakan segolongan orang dalam pasukan Ali yang menolak keputusan kedua tokoh yang bertahkim itu seraya berkata : “لا حكم الا لله” , lalu sebagian pendukung Ali itu berbalik menjadi orang-orang yang menentangnya. Golongan itu disebut dengan “Khawarij”. Sebagian pendukung Ali yang lain tetap berpihak kepada Ali, mereka yang berpihak kepada Ali di kenal dengan Syi’ah.
Berkaitan dengan hsil tahkim, kelompok khawarij mengkafirkan Ali dan Muawiyah disebabkan karena kedua tokoh tersebut membuat keputusan sendiri untuk mengadakan tahkim, padahal yang pantas membuat keputusan itu hanyalah Allah SWT. Nantinya, akan lahir kelompok-kelompok lain dari perseteruan dan ketidaksetujuan terhadap prinsip khawarij tentang dosa besar (mengkafirkan kedua tokoh tersebut).

Pengertian khawarij :
Menurut bahasa, khawarij berasal dari bahasa arab خرج / يخرج  yang berarti keluar. Menurut Abul Hasan Al-‘Asy’ari, khawarij adalah mereka yang memberontak dan keluar dari ketaatan kepada Ali tatkala mengambil kebijakan Tahkim (arbitrase dengan pasukan Muawiyah dalam perang Siffin). Sedangkan menurut DR. Nashir Al-Aql mengatakan bahwa khawarij adalah mereka yang mengkafirkan para pelaku dosa besar dan memberontak terhadap pemimpin yang lalim. Jadi, dapat disimpulkan bahwa khawarij adalah sekelompok orang yang memberontak, membelot dan keluar dari ketaatan terhadap Ali yang merasa kecewa terhadap Ali yang mengambil kebijakan Tahkim dalam perang Siffin. Mereka juga dijuluki dengan Al-Haruriyah (menjadikan daerah Harura sebagai daerah mereka pada mulanya), Asy-Syurah (karena mereka mengatakan Syarayna Anfusana fi Tha’atillah), Al-Muhakkimah (karena slogan mereka “لا حكم الا لله”).

Ajaran pokok Khawarij secara umum :
a)       Orang islam yang melakukan dosa besar adalah kafir.
b)      Orang-orang yang terlibat dalam perang Jamal dan pelaku arbitrase termasuk yang menerima dan membenarkannya termasuk kafir.
c)       Khalifah harus dipilih oleh rakyat, tidak harus keturunan nabi, dan tidak harus keturunan bangsa quraisy.

Ajaran pokok Khawarij :
a)       Khalifah atau imam harus dipilih secara bebas oleh seluruh umat islam, tidak harus berasal dari keturunan arab, dipilih secara permanen selama khalifah tersebut adil.
b)      Khalifah sebelum Ali adalah sah, tetapi setelah tahun ketujuh dari masa kekhalifahannya, Usman dianggap menyeleweng.
c)       Khalifah Ali sah, tetapi setelah Tahkim, ia dianggap menyeleweng (kafir).
d)      Muawiyah, Amr bin ‘Ash, dan Abu Musa Al’asy’ari juga dinggap kafir.
e)       Pasukan perang Jamal juga kafir.
f)       Seseorang yang kafir halal dibunuh.
g)      Adanya wa’ad dan wa’id (orang yang baik harus masuk surga dan yang jahat masuk neraka.
h)      Memalingkan ayat-ayat mutasyabihat.
i)        Qur’an adalah makhluk.
Menurut saya, khawarij merupakan ajaran yang ekstrim. Mereka terlalu mudah untuk mengkafirkan seseorang, padahal yang mengetahui dan berhak apakah orang itu kafir atau bukan adalah Allah SWT. Dan berpandangan buruk terhadap kepemimpinan para khalifah. Mereka dengan mudah menyalahkan kepemimpinan khalifah dan mengimpikan pemimpin yang harus sesuai dengan kriteria mereka. Mereka merasa benar dan semua umat yang tidak sefaham dengan mereka di samakan dengan kafir. Bahkan mereka tidak segan-segan membunuh dan menganggap darah mereka itu halal.
Ditambah lagi mereka yang menjelek-jelekkan sahabat. Sikap mereka itulah yang sebenarnya telah jauh dari ajaran islam yang mengajarkan pada kebaikan dan perdamaian tanpa kekerasan dan larangan membunuh jiwa. Seharusnya, mereka para khawarijlah yang harusnya diperangi agar kembali ke jalan yang benar sebagaimana yang dilakukan Abu Bakar Siddiq pada saat memberantas 3 golongan yaitu kaum murtad, yang tidak mau membayar zakat dan nabi-nabi palsu.

6.  Apa yang anda ketahui tentang: 1. Agama sesajen, 2. Agama sakramen, 3. Agama amal sholeh?
                  Agama secara umum merupakan suatu sistem yang mengatur segala sesuatu yang berhubungan dengan manusia baik keyakinannya (aqidah), aturan hidup (syari’at), ibadah, hubungan dengan tuhan, hubungan dengan sesama manusia, dan alam. Dalam bahasa sanskerta agama berarti tradisi, berikut penjabarannya :
1.      Agama sesajen
Agama sesajen merupakan sebuah tradisi keyakinan (tradisi keagamaan) yang lebih cenderung untuk memberikan suatu benda berdasarkan ketentuan atau syarat-syarat khusus sebagai sesajian yang harus diberikan kepada tuhannya agar hidup mereka selalu diberkati dan diasumsikan keinginan mereka (do’a yang mereka panjatkan) akan terkabul berdasarkan sesajian atau imbalan yang mereka sajikan.  Contohnya adalah agama hindu yang menggunakan sesajian berupa makanan agar kehidupan mereka diberkati.
2.      Agama sakramen
Berbeda dengan agama sesajen, agama sakramen lebih menitikberatkan  untuk melakukan ritual atau tata cara penyembahan kepada tuhan dengan acara sakral atau upacara sakral agar hidup mereka selalu diberkati dan diasumsikan keinginan mereka (do’a yang mereka panjatkan) akan dikabulkan berdasarkan ritual yang mereka lakukan. Contohnya agama kristen yang melakukan misa natal dengan paus sebagai perantara dengan tuhan dan upacara kenaikan yesus kristus.
3.      Agama amal sholeh
Sedangkan agama amal sholeh lebih cenderung melakukan amalan-amalan yang baik agar dibalas oleh tuhan dan agar hidup mereka diberkati dan mendapat balasan kebaikan sesuai dengan amalan yang mereka lakukan. Contohnya adalah agama Islam yanag mana kaum muslimin atau umat Islam melakukan kebajikan dan amal sholeh agar mendapat ridho Allah SWT dan agar mendapat balasan kebaikan sesuai dengan amal yang mereka kerjakan.



  

  • Share:

You Might Also Like

0 comments